Lintas Kampus

Literasi Keuangan Masih Rendah, Anak Muda Harus Cermat Berinvestasi

Ketua Bidang Pengembangan Kajian Ekonomi dan Perbankan Perhimpunan Bank Nasional (PERBANAS), Aviliani menjawab pertanyaan pada kegiatan Literasi Keuangan: Menabung dan Investasi Masa Depan di Nara Park, Kota Bandung, Kamis (21/3/2024).

SUAKAONLINE.COM – Perhimpunan Bank Nasional (PERBANAS) dan Komite Masyarakat Perbankan Peduli menggelar Talkshow dengan tajuk ‘Literasi Keuangan: Menabung dan Investasi Masa Depan’, di Nara Park Restaurant, Kota Bandung, Kamis (21/3/2024). Acara ini bertujuan untuk mengedukasi mengenai produk jasa keuangan dan investasi bagi anak muda.

Diikuti oleh lebih dari 100 mahasiswa, acara ini menghadirkan Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Jawa Barat, Misran Pasaribu, Ketua Bidang Pengembangan Kajian Ekonomi dan Perbankan PERBANAS, Aviliani, dan Staf Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Ambar Kartika.

Direktur Pengawasan Lembaga Jasa Keuangan Kantor OJK Provinsi Jawa Barat, Misran Pasaribu membuka sesinya dengan memaparkan fungsi, tugas dan wewenang OJK dalam melakukan upaya preventif dalam melindungi masyarakat dan nasabah di tengah masifnya perkembangan produk jasa keuangan dan investasi.

Selain itu, ia juga menampilkan data hasil survei OJK mengenai indeks literasi dan inklusi keuangan di Jawa Barat. Pada tahun 2019, indeks literasi keuangan di Jawa Barat hanya menyentuh angka  yang cukup rendah yakni 37,43 persen jika dibandingkan indeks inklusi keuangan yang berada di angka 88,48 persen  Hal tersebut menunjukan masih adanya gap yang cukup besar antara tingkat literasi dengan tingkat inklusi keuangan di masyarakat.

Literasi keuangan didefinisikan sebagai pemahaman dan pengetahuan masyarakat terhadap produk-produk jasa keuangan, sedangkan inklusi keuangan adalah tingkat keterkaitan masyarakat dengan produk jasa keuangan. Dengan begitu, tidak jarang ditemui masyarakat yang gegabah dalam menentukan arah gerak keuangannya. “Orang beli saham ikut-ikutan aja, beli saham di online tapi ga tahu benefit dan risknya, manfaat dan risikonya apa gatau hanya sekedar ikut-ikutan aja,” ungkapnya.

Memilih Bentuk Investasi yang Sesuai

Menyikapi permasalahan yang ada, Staf Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK, Ambar Kartika menekankan pada kesesuaian profil individu dengan jenis investasi yang akan diambil. Pengecekan besaran risiko dan tujuan jangka panjang atau jangka pendek adalah hal yang harus dilakukan dalam upaya mengelola aset melalui investasi.

“Kita adalah yang mau terima risiko tinggi ga? Atau yang mau main aman-aman aja. Boleh, silahkan dipilih. Kita harus pahami resiko setiap investasi. Itu dulu, resikonya dipahami dulu, lalu tujuannya apa? Jangka pendek kah? Masa depan jangka panjang? Kita harus pahami juga tujuannya,” paparnya.

Namun lagi-lagi karena gap literasi dan inklusi yang ada di masyarakat, hal ini banyak disalahgunakan oleh oknum-oknum tidak bertanggungjawab. Ambar memaparkan sampai 2023, terhitung terdapat kurang lebih 18 investasi ilegal dan 2200 pinjaman online ilegal. Maka kecermatan sang pemilik aset haruslah dipertimbangkan.

Lebih lanjut ia mengingatkan untuk selalu mempertimbangkan 2L, yakni logis dan legal dalam berinvestasi dan memilih produk jasa keuangan. Pastikan OJK ikut terlibat dalam mengawasi lembaga yang menawarkan pinjaman dan harus logis dalam berinvestasi. “Jadi kalau teman-teman ditawarkan satu bulan aja bisa dapat (keuntungan) 10 persen itu gak wajar ya. Itu harus berhati-hati dan pasti semua ada resikonya,” sebutnya.

Tak luput, Ambar memberikan pula tips lanjutan yang bernama ‘2R’ yakni risk dan return. Pentingnya 2R ini nantinya juga akan menuntun sang investor dalam memilih jenis investasi. Karena pada dasarnya kedua hal tersebut berjalan seiring. Jika risikonya tinggi biasanya keuntungannya tinggi, begitu pun sebaliknya.

Mengamini penjelasan Ambar, Ketua Bidang Pengembangan Kajian Ekonomi dan Perbankan PERBANAS, Aviliani menjelaskan bahwa dalam memulai investasi harus mengetahui terlebih dulu karakter jenis investasi yang akan dipilih. “Kalau kita bisa terima risiko itu ya kita silakan investasi. Nah kadang-kadang kita ga pernah nanyain risikonya, yang kita tanya return saja,” tegasnya.

Dengan begitu, ia ingin anak muda cermat dalam menentukan arah pengelolaan keuangan yang dimiliki. Ragam jenis investasi baik jangka panjang atau jangka pendek harus mulai dirintis dengan cermat. Hal ini menurutnya menjadi salah satu cara untuk menyelamatkan diri di masa depan. Jangan sampai generasi muda saat ini menjadi beban generasi selanjutnya.

Untuk menutup, Aviliani berpesan bagi anak muda agar mulai memikirkan masa depan dengan dibarengi penerapan 2L dan 2R yang telah dijelaskan. Kebahagiaan di masa tua salah satunya bisa diupayakan dengan pengelolaan keuangan yang baik. “Karena sudah banyak contoh, orang masa tuanya susah karena tidak pernah berpikir di masa mudanya untuk pengelolaan keuangan,” tutupnya.

Reporter: Rangga Nugraha/Suaka

Redaktur : Zidny Ilma/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas