Tabloid Suaka News Edisi XVII 2005
Editorial
Akhirnya…
Kurang lebih lima tahun, Gusdur lengser ke prabon lantaran Sidang Istimewa yang diadakan Majelis Permusyawarahan Rakyat (MPR). Hal serupa juga terjadi pada pemerintahan kampus IAIN dua tahun lalu. Masmuni Mahatma, presiden mahasiswa IAIN Sunan Gunung Djati Bandung periode 2001-2002 itu mau tidak mau harus merelakan kursi kepresidenannya melalui kongres luar biasa, kala itu.
Sekarang, pada Februari 2005 Majelis Permusyawaratan Mahasiswa (MPM) menggelar Sidang Istimewa. Dengan adanya sidang istimewa tersebut, Dian Nugraha pun lengser dan melepas baju presiden mahasiswanya.
Bila disorot lebih jauh, Sidang Itimewa merupakan rentetan dari momerandum yang kerap dikeluarkan Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM) IAIN Sudnan Gunung Djati Bandung. Sedangkan, momerandum dikeluarkan berawal dari CD ta’aruf yang bisa “jatuh” ketangan Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI). Dan, pihak DPM mensinyalir kalau BEM elah memberikan kepingan CD tersebut. Jadi pada dasarnya, antara permasalahan satu dengan yang lainnya merupakan buah dari peristiwa 27 Agustus 2004.
Wow, kalau begitu kaitannya, berarti efek dari CD yang disebar luaskan pihak FUUI itu bisa dikatang menyentuh segala macam lini. Selain merenggangkan tali persahabatan kamerawan ta’aruf dengan presiden mahasiswa mengutip Suaka News edisi 15, halaman 14, juga menjadi sebab digelarnya Sidang Istimewa. Dan, otomatis hal itu menjadi kesempatan elit mahasiswa yang berambisi untuk menduduki kursi kepresidenan.
Dari dahulu hingga sekarang, perseteruan antar elit mahasiswa belum hilang. Semuanya mempunyai kepentingan yang beraneka ragam. Sehingga tidak aneh lagi kalau semua gerak gerik para elit itu penuh dengan muatan politis. Bahkan bergulirnya Sidang Istimewa beberapa pekan lalu, bukan tidak mungkin lantaran kentalnya kepentingan, dan memang bertujuan untuk menjatuhkan Dian, sebagai presiden mahasiswa.
Ditengah asyiknya mahasiswa yang liburan semester ganjil, dan disela kesibukan mahasiswa yang melakukan registrasi, ketukan palu ketua majelis Sidang Istimewa memang sangat ampuh. Hal itu terbukti dengan dijatukannya Dian dari “kursi empuk” yang bernama, kursi presiden mahasiswa IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.
Tapi yang jadi pertanyaan kemudian ialah, kenapa Sidang Istimewa mesti digelar pada saat liburan? Kenapa mahasiwa tidak diadirkan untuk menyaksikan perjalanan sidang istimewa tersebut? Bukankah seorang presiden mahasiswa itu dipilih langsung oleh seluruh mahasiswa? Lalu, apakah anggota DPM/MPM yang hadir kala itu, benar-benar mewakili suara dan aspirasi sekian ribu mahasiswa? Entahlah.
Dengan segala usaha, pada Suaka News edisi kali kami menyajikan penuh materi tentang Sidang Istimewa. Tidak lain harapan kami selain informasi kepada seluruh pembaca tentang persoalan kampus yang selalu datang bertubi-tubi. Terakhir kami ucapkan, selamat membaca.[Redaksi]