SUAKAONLINE.COM – Amnesty Indonesia bekerjasama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementrian Pendidikan, Riset, Data dan Teknologi RI dan Balai Pelestarian Kebudayaan Kota Bandung kembali menggelar edukasi Hak Asasi Manusia (HAM) yang bertajuk ‘The Rights Story: Sinema untuk Kemanusiaan’ di SMA 3 Bandung, Kota Bandung, Selasa (10/9/2024). Acara ini mengangkat tema “Pelanggaran HAM Berat Masa Lalu” serta “Anak Muda dan HAM” yang diikuti oleh ratusan siswa SMA di Kota Bandung.
The Rights Story 2024 dimulai dengan Sesi Pendidikan HAM yang menjelaskan terkait pengetahuan dasar tentang HAM, kemudian dilanjutkan dengan Sesi Pemutaran Film Eksil yang menceritakan perjalanan hidup WNI yang mendapat beasiswa ke luar negeri yang akhirnya tidak bisa pulang ke tanah air karena masalah politik di Indonesia tahun 1965-1966.
Acara ini merupakan kegiatan yang telah dilaksanakan di tahun sebelumnya beberapa kota, seperti di Medan, Makassar, Malang dan Jakarta. Untuk tahun ini, acara dilaksanakan di Bandung, Ambon dan Balikpapan. Koordinator Pelaksana, Rifda Amallia mengatakan tujuan diadakannya acara ini ialah untuk mengedukasi siswa SMA terkait pelanggaran HAM yang terjadi di masa lalu yang sampai saat ini belum terselesaikan.
“Acara ini bertujuan untuk mengedukasi kepada teman-teman SMA sebenarnya itu HAM itu apa lewat cerita dalam film agar mudah dipahami, dan untuk memberitahu bahwa pelanggaran HAM berat masa lalu itu pernah terjadi di bagian dari sejarah negara kita. Memberikan solusi apa yang harus dilakukan kita lakukan sebagai anak muda untuk membantu pemenuhan hak para korban, dan agar tidak terulang lagi kedepannya pelanggaran HAM berat yang serupa,” ujarnya saat diwawancara lewat Whatsapp, Kamis (12/9/2024).
Rifda juga menjelaskan isi dari film yang ditayangkan ialah yang membahas tentang eksil-eksil yang sampai sekarang itu belum mendapat keadilan, karena mereka tidak bisa pulang ke negaranya, kehilangan kewarganegaraannya pada saat terjadi tragedi 65 yang saat itu dipimpin oleh pemerintahan Presiden Soekarno.
“Sebenarnya dari banyak film yang menayangkan peristiwa tragedi 1965 kami memilih film Eksil untuk ditayangkan, selain karena sudah bekerja sama dengan Lola Amaria, film ini sudah mendapat penghargaan film dokumenter terbaik. Selain itu, film ini alurnya sangat mendasar dan cara penyampaiannya juga bagus sehingga cocok untuk pelajar,” jelasnya.
Selaras dengan pernyataan Rifda, Siswa SMAN 2 Bandung, Rezvan Muhammad Zulfa mengatakan kesannya setelah menonton film dan mengikuti diskusi HAM. Ia mengatakan bahwa pendidikan HAM sangatlah penting untuk dipelajari dan sangat berpengaruh pada sektor-sektor kehidupan yang lainnya.
“Saya mendapat banyak ilmu baru setelah mengikuti kegiatan ini, sebuah pandangan-pandangan yang lebih luas, khususnya apalagi tentang Eksil, dan tentang PKI yang ada di Indonesia dan tragedi 65, dimana bahwa kejadian-kejadian di 65 itu ternyata sangat-sangat besar, dan berpengaruh kepada masyarakat Indonesia. Saya juga baru tau terdapat pelajar-pelajar Indonesia di luar negeri yang tidak bisa pulang ke Indonesia,” kata Rezvan saat diwawancara, Selasa (10/9/2024).
Reporter: Mujahidah Aqilah/Suaka
Redaktur: Zidny Ilma/Suaka