
SUAKAONLINE.COM – Pusat Pengembangan Bahasa atau Language Center (LC) UIN SGD Bandung kembali menyelenggarakan kegiatan kursus sebagai persiapan dalam menghadapi tes Toefl dan Toafl bagi mahasiswa Tahun Akademik 2018/2019. Pendaftaran kursus sudah dibuka sejak tanggal 8 – 14 Februari 2021 melalui situs lc.uinsgd.ac.id/register dan kegiatan kursus tersebut mulai dilaksanakan sejak kemarin Senin (15/02/2021).
Menurut Ketua Pusat Pengembangan Bahasa UIN Bandung, Abdul Kodir, kursus persiapan dari tes Toefl dan Toafl kali ini akan dilaksanakan secara daring memanfaatkan aplikasi seperti Zoom, Google Meet, dan Whatsapp. Pertemuan akan dilaksankan sebanyak 18 kali, dengan pertemuan sebanyak tiga kali tiap minggunya atau berlangsung sekitar enam minggu.
Untuk pemilihan jadwal pelaksanaan diserahkan kepada masing–masing mahasiswa agar bisa disesuaikan dengan aktivitasnya. “Sehingga dia harus konsekuen kalau sudah memilih waktu harus hadir karena dia yang milih sendiri waktunya, tidak ada alasan ini pak waktunya bentrok,” ujar Abdul saat ditemui Suaka, Senin (15/02/2021).
Abdul mengatakan pihaknya telah menyiapkan sebanyak 36 Jumlah Jam Pembelajaran (JPL) untuk tiga materi kursus yaitu listening, structure, dan reading. “Menurut pengalaman kemampuan pengetahuan kebahasaan itu harus 32 JPL, satu JPL mirip dengan SKS yaitu sekitar 50 menit, nanti setiap pertemuan memiliki bobot dua JPL, berarti 36 JPL itu sekitar 18 pertemuan, dengan masing – masing materi kursus sebanyak enam pertemuan. Jadi setiap pertemuan sekitar 100 menit,” jelas Abdul.
Perihal teknis pelaksanaan kursus, bahan ajar dan teknik pembelajaran diserahkan kepada instruktur masing–masing, namun masih dengan prinsip yang sama sesuai rapat Training Of Trainer (TOT). Abdul mengatakan instruktur yang ada sudah memiliki gelar setara S2 dan kompetensi kebahasaanya sudah teruji, jadi mahasiswa tidak perlu khawatir.
Berbeda dengan kursus keterampilan bahasa yang akan mendapat sertifikat, kursus ini hanya sebagai persiapan tes Toefl dan Toafl dan tidak akan mendapat sertifikat, hanya tesnya saja akan yang mendapat sertifikat berupa skor dari tes Toefl dan Toafl. Menurut pedoman akademik, sertifikat dari keterampilan bahasa akan dipersyaratkan untuk ujian komprehensif sedangkan sertifikat skor Toefl dan Toafl akan dipersyaratkan untuk ujian munaqosyah.
Namun Abdul menyayangkan akhirnya banyak mahasiswa yang menganggap kursus ini hanya ajang formalitas sebagai syarat dua ujian tadi, padahal kursus ini diselenggarakan demi mewujudkan visi misi UIN yaitu kompetitif dan unggul dalam berbahasa asing. “Ada beberapa kasus kerja sama dengan Jepang, mahasiswa Saintek (Sains dan Teknologi), karena dia punya skor T di kita dan dikonversi ke Toefl ternyata lebih unggul punya kita, mereka tidak usah ikut Toefl lagi dan langsung diterima,” ujarnya.
Walaupun begitu, ia mengakui pihak Pusat Pengembangan Bahasa tidak bisa seratus persen mengakomodir kemampuan berbahasa seluruh mahasiswa UIN SGD Bandung, namun kursus bahasa bisa menjadi salah satu instrumen yang bisa memberikan suasana dan kondisi berbahasa asing.
Mahasiswi jurusan Ilmu Hadis semester 6, Siti Rahmah tidak menampik bahwa ia menganggap kursus persiapan TOEFL dan TOAFL ini hanya sebagai formalitas dan syarat ujian munaqosyah. “Sebenarnya berpengaruh secara langsung terhadap kehidupan perkuliahan belum ada, mungkin secara tidak langsung dan belum terasa manfaatnya, tapi karena ini buat syarat ujian munaqosyah ya jadi tuntutan tersendiri saja,” ujarnya.
Namun Rahmah tetap berharap ilmu bahasa yang nanti didapat saat melaksanakan kursus bisa bermanfaat dan dapat dipraktekan ke dalam kehidupan berbahasa sehari – hari. “Semoga kursus TOEFA dan TOEFL ini bisa berjalan lancar dan tidak menyulitkan, dan semoga ilmunya menempel dan terpakai nantinya.” tutupnya.
Reporter : Refkyan Mauldan/Suaka
Redaktur : Fauzan Nugraha/Suaka