Lintas Kampus

Jadi Penulis Hebat, Mahasiswa Harus Siapkan Mental

Edi Akhilas (kiri) sedang menyampaikan materi tentang kepenulisan di Gedung Kampus Fiksi, Yogyakarta, dalam acara Pelatihan Jurnalistik Nasional, di Gedung Kampus Fiksi, Yogyakarta, 6-8 Februari 2015. (Foto: Moh. Fatturachman/magang)

Edi Akhilas (kiri) sedang menyampaikan materi tentang kepenulisan di Gedung Kampus Fiksi, Yogyakarta, dalam acara Pelatihan Jurnalistik Nasional, di Gedung Kampus Fiksi, Yogyakarta, 6-8 Februari 2015. (Foto: Moh. Fatturachman/magang)

SUAKAONLINE.COM, Yogyakarta – Di zaman yang serba modern ini mahasiswa seharusnya bisa menulis, tidak hanya pintar bicara saja, karena bahasa lisan berbeda dengan bahasa tulisan. Maka perlu adanya latihan untuk membiasakan agar apa yang mahasiswa sampaikan bisa dituliskan.

Demikian disampaikan oleh Penulis Sastra & COA Diva Press, Edi Akhiles dalam acara Pelatihan Jurnalistik Nasional yang diadakan oleh Majalah Santri Community of Santri Scholars of Ministry of Religious Affairs (CSS MORA), di Gedung Kampus Fiksi, Yogyakarta, Jum’at-Minggu (6-8/2/2015) lalu.

Edi Akhiles mengatakan banyak sekali penulis pemula yang beranggapan bahwa dirinya tidak ahli dalam bidang menulis. Namun menurutnya semua mempunyai potensi yang sama dalam menulis. “Tinggal bagaimana kita membiasakan supaya menjadi terlatih, itulah yang dilakukan oleh penulis hebat. Menulis itu ibarat menenun,” ujarnya dengan nada semangat.

Menjadi seorang penulis hebat, menurut dia memang tidaklah mudah, karena harus mempersiapkan mental yang kuat untuk menghadapi setiap rintangannya, misalnya siap untuk tidak mengeluh apabila tulisan-tulisan kita ditolak oleh media.

“Terus menulis membuat ide-ide kita menjadi terwadahi dan keahlian kita dalam dunia tulis-menulis menjadi terasah,” terang dia dalam acara yang dihadiri oleh 45 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi negeri di pulau Jawa ini.

Sementara itu, salah seorang peserta, Adib Rifki Setiawan sepakat dengan pernyataan yang di sampaikan oleh Edi Akhiles tentang kesiapan dan keseriusan untuk menjadi seorang penulis yang benar-benar tangguh.

“Memang menjadi penulis itu harus siap mental, selain menguji kesabaran, introspeksi tulisan kita juga menjadi salah satu hal yang harus dilakukan untuk tetap survive dan aktualisasi diri lewat karya,” imbuh mahasiswa dari Universitas Pendidikan Indonesia tersebut.

Dalam acara tersebut, para peserta tidak hanya mendapatkan materi tehnik jurnalistik, kepenulisan fiksi, dan nonfiksi, namun para peserta juga berkesempatan mengikuti bedah buku Backpaker bersama penulisnya, Aguk Irawan.

Reporter         : Moh. Fathurrohman/Magang

Redaktur        : Robby Darmawan

8 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas