SUAKAONLINE.COM — Beberapa mahasiswa UIN SGD Bandung angkat bicara mengenai program bela negara yang diinisiasi oleh Kementrian Pertahanan Republik Indonesia. Komandan Kompi Resimen Mahasiswa, Kurniawan Ediyana mengaku setuju dengan hal tersebut karena tujuan dari program tersebut adalah untuk menanamkan kembali rasa bela negara dan mengenalkan kembali semangat perjuangan.
Program pelatihan bela negara meliputi aspek fisik maupun non fisik. Seperti diketahui, melalui program ini pemerintah ingin menguatkan kembali pemahaman mengenai rasa cinta kepada Tanah Air, rela berkorban untuk negara serta meyakini pancasila sebagai ideologi negara Indonesia. Rencananya bentuk pemahaman nasionalisme akan dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan.
Ketua Lembaga Studi Politik Islam (LSPI), Yosep Sohih Nadir mengapresiasi program bela negara dengan catatan tertentu. “Kita mengapresiasi program ini, namun perlu diingat, ada hal yang lebih mengkhawatirkan bagi RI yakni ancaman neoliberalisme dan neoimperialisme,” ujarnya kepada Suaka saat dihubungi melalui pesan pendek, Jumat (23/10/2015).
Pada konteks tertentu Yosep tidak sepakat apabila bela negara hanya dalam konteks nilai-nilai pancasila. Yosep melanjutkan bahwa jika pancasila yang dijadikan ideologi negara, pancasila itu sendiri tidak mampu menjadi ideologi secara utuh, karena pancasila sebagai nilai-nilai saja, tidak lebih.
“LSPI memandang bahwa hanya Islam yang dapat dijadikan ideologi di Indonesia,” tegas mahasiswa Jurusan Ilmu Quran dan Tafsir itu.
Sebelumnya, program bela negara yang diinisiasi oleh Kementrian Pertahanan Republik Indonesia sempat menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Menteri Pertahanan RI Ryamizard Ryacudu meresmikan secara simbolis pelatihan bagi pelatih inti bela negara di hadapan 200 calon pembina asal Jakarta dan sekitarnya pada Kamis lalu di Jakarta (23/10/2015).
Reporter : Muhamad Faisal A.
Redaktur : Robby Darmawan