SUAKAONLINE.COM — Penonton dibuat terhibur oleh tingkah Ryan Mustami dan kawan-kawan yang menggunakan pakaian adat Suku Dayak, menari diiringi lagu ‘Ku Bahagia’ milik Sherina Munaf. Ceritanya mereka adalah warga pedalaman Kalimantan. Sesekali mereka saling melontarkan lelucon dengan dabing yang telah dipersiapkan sebelumnya, lalu mereka kembali menari dengan soundtrack lagu yang beragam, mulai lagu daerah hingga lagu ‘Bad Romance’ milik Lady Gaga
Ketika asik bercengkrama, tiba-tiba sekelompok orang asing memasuki area Ryan dan kawan-kawan, dipimpin oleh Agung Purnomo Hadi. Pendatang tersebut berkostum serba modern, jeans dan topi ala koboy sebagai pertanda bahwa mereka bukan pribumi. Namun tingkah laku pendatang tidak jauh berbeda dengan pribumi, sama-sama menari menghipnotis penonton untuk tertawa.
Pendatang tersebut kemudian melakukan perjanjiang dengan kepala suku yang tidak lain adalah Ryan untuk mengambil alih hutan. Si Kepala Suku menyetujui dengan iming-iming mendapatkan keuntungan.
Cerita mengalir hingga pendatang membabad hutan beserta pribumi, menyisakan Ryan dengan segala penyesalannya. Kain hitam membentang menutup para aktor, kemudian adegan kembali mundur ketika Kepala Suku dan Ketua Kelompok orang asing melakukan negosiasi pengambilalihan hutan, kali ini Kepala Suku menolak keinginan orang asing tersebut.
“Tidak, aku tak akan menyerahkan hutan ini,” ujar Kepala Suku, kemudian lagu Indonesia Jaya ciptaan Liliana Tanosoedibjo mengakhiri penampilan Teater Pena, dan tepuk tangan penonton kembali menggema memecah malam di Gazebo.
Tidak lebih dari 15 menit Teater Pena menunjukkan kebolehannya berkabaret di hadapan penonton Pekan Seni Jurnalistik (PSJ) 2015 yang diselenggarakan oleh Bidang Seni BEM-J Jurnalistik UIN SGD Bandung. Mengambil tema sepaham dengan tema PSJ yakni melawan asap.
Salah satu anggota Teater Pena, Tiara Purnama Islami mengatakan bahwa meskipun Teater Pena mengambil tema melawan asap tetapi tetap menghibur dan membuat penonton tertawa. “Kita kabaret, jadi tetap harus memunculkan sisi komedinya,” ujar Lala, sapaan akrabnya. Lala menambahkan Teater Pena melakukan latihan selama tiga pekan untuk penampilan tersebut.
Teater Pena adalah komunitas yang konsen bergerak di dunia seni teater yang berada di bawah naungan Jurnalistik. Vildri Is Fajar adalah Founding Father berdirinya Teater Pena, mahasiswa Jurnalistik semester lima tersebut juga yang memiliki serta mengonsep ide cerita Teater Pena.
Reporter: Isthiqonita
Redaktur: Robby Darmawan