Lintas Kampus

PU LPM Suaka: Lima Tantangan Pers Mahasiswa

Pemimpin umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suaka UIN SGD Bandung Robby Darmawan menjadi salah satu pemateri dalam Workshop Jurnalistik Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi International Women University (IWU), Sabtu (30/1/2016) di kantor KPID Jawa Barat, Bandung. Menurut Robby setidaknya ada lima tantangan pers mahasiswa sebagai media media alteratif. (Muhammad Ade/ Magang)

Pemimpin umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suaka UIN SGD Bandung Robby Darmawan menjadi salah satu pemateri dalam Workshop Jurnalistik Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi International Women University (IWU), Sabtu (30/1/2016) di kantor KPID Jawa Barat, Bandung. Menurut Robby setidaknya ada lima tantangan pers mahasiswa sebagai media media alteratif. (Muhammad Ade/ Magang)

SUAKAONLINE.COM, — Pers mahasiswa sebagai media alternatif jelas tak selalu berjalan mulus. Pemimpin umum Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suaka UIN SGD Bandung Robby Darmawan mengatakan setidaknya ada lima tantangan pers mahasiswa.

“Hambatan yang sering terjadi adalah kaderisasi. Tidak semua orang ingin menjadi pers mahasiswa dengan kondisi tidak dibayar dan menghabiskan tenaga,” ujarnya pada Workshop Jurnalistik Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi International Women University, Sabtu (30/4/2016) di kantor KPID Jawa Barat, Bandung.

Masalah klasik pendanaan memang sedikitnya mengganggu. Robby mengaku, pendanaan minim kerap kali LPM Suaka alami. Mencari pemasang iklan dan optimalisasi media sosial menjadi jalan keluarnya.

“Kebutuhan Suaka dalam setahun mencapai Rp 50 juta, sedangkan dana dari kampus sekitar Rp 10 juta per tahun, kekurangannya kita cari sendiri,” tegas Robby.

Sinergitas pers mahasiswa dengan mahasiswa lainnya pun tak dapat dielakkan. Pers mahasiswa jangan menutup diri dengan berbagai organisasi  kampus. Tantangan selanjutnya menggerakkan massa.

“Tidak dipungkiri memang kekutan tulisan itu kuat. Tapi harus ada orang lain yang membantu kita mencapai tujuan yang sama. Jadi jangan berjalan sendiri, karena tidak efektif,” ujar mahasiswa jurusan Jurnalistik itu.

Pers mahasiswa tetap lah mahasiswa yang cenderung memiliki idealismenya sendiri. Tantangan lainnya, lanjut Robby pers mahasiswa acap kali terlalu asik dengan idealismenya. Hingga mengabaikan apa yang diinginkan pembaca atau khalayak kampusnya. Pers mahasiswa senantiasa tahu target pembaca produknya, dan tanpa menghilangkan ciri khas serta idealismenya.

“Jadi buat apa jika kita membuat produk jika tidak banyak yang baca. Kita juga harus membumikan karya kita. Kita mengklaim sebagai agent of change, berarti harus mengkritik yang membangun di lingkungan kampus. Kita juga harus bisa otokritik,” ujarnya.

Terakhir, konsistensi atas penyelesaian empat tantangan sebelumnya. Baik dari konten produk hingga membangun relasi. “Terus dalam pers mahasiswa harus memiliki jaringan yang luas jangan terkesan eksklusif,” tutup Robby.

Reporter: Ismail Abdurrahman/ Magang

Redaktur: Ridwan Alawi

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas