Lintas Kampus

Menjadi Relawan, Mahasiswa Turut Semarakan PON XIX

Tim pembawa obor api Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jabar berlari di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Sabtu (17/9/2016). (SUAKA / Elya Rhafsanzani)

Tim pembawa obor api Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX Jabar berlari di Jalan Soekarno Hatta, Kota Bandung, Sabtu (17/9/2016). (SUAKA / Elya Rhafsanzani)

SUAKAONLINE.COM, Bandung –  Sebanyak 2.260 relawan bergabung dalam kegiatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX dan Pekan Paralimpiade Nasional (Papernas) XV. 50% dari jumlah relawan tersebut adalah mahasiswa. Hal itu membuktikan bahwa kemeriahan PON tidak hanya dirasakan oleh para atlet, namun juga para mahasiswa yang datang dari berbagai penjuru daerah untuk menjadi relawan. Jawa Barat kembali mendapatkan kesempatan menjadi tuan rumah PON yang diselenggarakan setiap empat tahun sekali.

Kegiatan tersebut menarik banyak antusias masyarakat umum hingga civitas akademika. Menjadi relawan PON memiliki kesan yang luar biasa bagi mahasiswa. Seperti mahasiswa UIN Bandung jurusan Tasawuf Psikoterapi, Della Yulianti Putra sebagai relawan di bagian backstage. Della mengatakan suatu kebanggan bisa bergabung menjadi bagian untuk mensukseskan kegiatan yang dilaksanakan di Jawa Barat.

Della juga menambahkan, selain mendapatkan pengalaman, teman baru dan beberapa fasilitas yang diberikan, semakin menambah semangatnya untuk berkontribusi dalam kegiatan tersebut. “Paling berkesan itu, acara ini jarang banget dilaksanakan di Jawa Barat. Kalau di luar Jawa Barat mungkin aku gak bisa ikut. Bahkan ada juga yang dari Surabaya bela-belain kesini ingin jadi relawan” kata Della, Rabu (21/9/2016)

Senada dengan Della, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik UIN Bandung, Dea Damara juga mengatakan bahwa berpartisipasi dalam sebuah kegiatan berskala nasional menjadi kebanggan tersendiri baginya. Dea yang sejak kecil aktif menggeluti dunia olahraga merasa termotivasi dan menambah rasa kecintaannya pada olahraga. Dea yang saat ini mendapat tugas di bidang hubungan daerah dan protokol menambahkan, bergabung menjadi relawan membutanya mengetahui secara langsung kondisi di lapangan dan problem solving menghadapi kegiatan besar seperti apa.

Mengenai kegiatan perkuliahan, Dea tidak mempersalahkan hal tersebut, resiko menjadi relawan harus pandai mengatur waktu. Dea juga menjelaskan bahwa setiap relawan memiliki waktu kerja yang berbeda. Relawan dibagi menjadi beberapa tim dan waktu kerjanya rata-rata delapan  jam dalam satu hari.

Relawan juga akan mendapatkan keringanan dengan adanya surat tugas dari pihak Panitia Besar PON serta surat dispensasi untuk instansi terkait seluruh relawan. Hingga saat ini Dea bahkan masih bisa menyesuaikan dengan jadwal perkuliahan. “Dosen yang bisa mengerti kondisi kita Alhamdulillah banyak. Jika dosen tidak mengerti itu sudah menjadi konsekuensi individu. Soalnya kalau jadi penonton saja rasanya tidak puas,” tambah Dea.

Sekretariat Bidang SDM PB PON XIX dan Peparnas XV, Iqbal Muharam menjelaskan beberapa macam bentuk partisipasi bisa diwujudkan atau diikuti pada pelaksanaan PON XIX dan Peparnas XV 2016. Diantaranya bisa menjadi relawan,  panitia pertandingan, liaison officer atau bahkan bisa mejadi atlet. Sebenarnya yang menjadi daya tarik utama menjadi relawan adalah  pengalaman. Terakhir Jawa Barat menjadi tuan rumah PON pada tahun 1961 atau sekitar  55 tahun yang lalu.

“Nah sekarang, para mahasiswa beruntung banget  yang berdomisili di Jawa Barat khusunya karena relawan ada yang dari Bali juga. Pengalaman menjadi relawan itu harganya mahal loh, menjadi relawan selain menambah wawasan mengenai cabang keolahragaan di Indonesia juga menuntut mahasiswa lebih aktif dalam pengembangan diri,” tutup Iqbal, Jum’at (23/9/2016).

Reporter : Awallina Ilmiakhanza

Redaktur : Edi Prasetyo

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas