Advertorial

Adakan Diskusi, Milenial Reformis Bahas Mengenai Perdamaian

Milenial Reformis menggelar diskusi dan lokakarya bertajuk Milenial Bergerak: Harmony in Diversity, di Ponpes Anak Jalanan Attamur, Cibiru, Kota Bandung, pada Kamis (9/11/2021). (Rani Khaerany Rizkiyah/Suaka)

SUAKAONLINE.COM – Milenial Reformis Bandung menggelar diskusi dan lokakarya, di Pondok Pesantren Anak Jalanan Attamur, Cibiru, Kota Bandung,  Kamis (9/11/2021). Bertajuk Milenial Bergerak: Harmony in Diversity, acara ini diharapkan mampu membentuk milenial dengan pribadi yang inklusif, memahami konsep kesetaraan, dan menghargai antar umat manusia.

Dengan dihadiri oleh 30 peserta, acara ini menghadirkan beberapa narasumber yakni Founder IDE Indonesia Gugun Gumelar, Fasilitator Nasional Anti Perundungan dan Instruktur Guru BK 2021 Ridwan S, Presidium Gusdurian Jawa Barat Ryan Sevian, dan  Wakil Presiden Milenial Reformis Bandung Nisa Afifah.

Presiden Milenial Reformis Bandung, Ani Mulyani menyampaikan tujuan diadakannya acara ini ialah untuk menanamkan nilai toleransi. “Melalui kegiatan ini, peserta diharapkan memahami toleransi secara komprehensif, sehingga menumbuhkan sikap toleran yang tinggi dan mampu menciptakan perdamaian,” tuturnya, Kamis (9/11/2021).

Dengan adanya toleransi, lanjut Ani, dapat menjaga kondusifitas diantara umat manusia. Menurutnya pemaknaan akan pluralitas tidak bisa dihindari, oleh karenanya perlu duduk bersama untuk memahami perbedaan. “Pesan itulah yang ingin dicapai oleh acara ini. Karena masa depan suatu bangsa sangat ditentukan oleh keharmonisan hubungan antar umat beragama,” lanjutnya.

Adapun alasan pemilihan milenial sebagai target acara ini ialah karena milenial memiliki peran penting untuk mewujudkan tatanan kehidupan di masa mendatang. Mereka diharapkan dapat ambil bagian sebagai agen penyebar  informasi untuk menanamkan nilai-nilai perdamaian. Selain itu dapat mewujudkan iklim kehidupan yang setara dan tanpa kekerasan serta mampu menjadi pemengaruh dalam penanaman nilai-nilai kebaikan

Salah satu peserta diskusi, Hannah Alaydrus berharap lebih banyak ruang untuk menyampaikan pesan perdamaian. Hal tersebut diperlukan guna menumbuhkan rasa toleransi masyarakat Indonesia. “Aku harap ruang-ruang yang membawa narasi perdamaian antar sesama itu lebih banyak lagi. Karena kita kita tahu ya, kurang mampunya kita berempati kepada orang lain, minimnya toleransi, caranya untuk mengubah itu semua ya mungkin dimulai dari diri kita,” pungkasnya.

Diakhir acara, para peserta ditugaskan membuat materi kampanye dengan tema yang relevan, yakni seputar tema keadilan, kesetaraan gender, HAM, dan melawan tindak intoleransi dan terorisme. Hasil dari kampanye tersebut harus disebarkan di media sosial masing-masing peserta. Dengan begitu, diharapkan akan banyak orang yang terjaring dan bisa meningkatkan kesadaran mengenai isu-isu terkait.

Reporter         : Rani Khaerany Rizkiyah/Suaka

Redaktur        : Fuad Mutashim/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas