Lintas Kampus

Deddy Mizwar: Pengelola Televisi Cepat Masuk Surga pun Neraka

Wakil gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menyampaikan sambutannya dalam acara Roadshow Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Peduli, Rabu (13/4/2016) di Aula Fakultas Ilmu Terapan, Telkom University. Dalam kesempatan ini Deddy menyampaikan pentingnya masyarakat melek media di era globalisasi ini. (Dadan M. Ridwan/ Magang)

Wakil gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar menyampaikan sambutannya dalam acara Roadshow Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Peduli, Rabu (13/4/2016) di Aula Fakultas Ilmu Terapan, Telkom University. Dalam kesempatan ini Deddy menyampaikan pentingnya masyarakat melek media di era globalisasi ini. (Dadan M. Ridwan/ Magang)

SUAKAONLINE.COM, Bandung — Televisi membawa nilai-nilai dan kebiasaan baru terhadap masyarakat hingga akan mempengaruhinya dari pelbagai aspek kehidupan. Indivu atau khalayak akan mengadakan atau menghilangkan salah satu kebiasaan baik maupun buruk setelah menonton televisi.

“Jadi, pengelola media televisi sangat mudah sekali masuk surga dan juga mudah masuk neraka,” ujar wakil gubernur Jawa Barat Deddy Mizwar saat menghadiri Roadshow Asosiasi Televisi Swasta Indonesia (ATVSI) Peduli, Rabu (13/4/2016) di Aula Fakultas Ilmu Terapan, Telkom University. Media itu netral, lanjutnya tergantung di tangan siapa yang menggunakannya.

Ibarat sebuah kotak ajaib, televisi mampu menghadirkan apa saja. Audio visual menjadi daya tarik lebih televisi dibandingkan dengan media massa satu arah lainnya. Perkembangan stasiun televisi di Inonesia begitu menjamur hingga menjadi bagian penting dari masyarakat. “Perkembangan televisi dapat mempengaruhi pola pikir masarakat,” ujar Deddy.

Hingga menurut pemeran H. Husin dalam sinetron Lorong Waktu ini tak aneh dengan kompleksnya perkembangan media. Begitu juga dengan pemiliki media yang menjadikan medianya sebagai akomodasi partai politiknya. Deddy memahami memang lebih cepat dan efektif dalam penyampaian gagasan dan ideologi partai.

Pada dasarnya masyarakat merupakan sasaran media, lanjut Deddy. Bila media menjadi kendaraan politik dan ideologi tertentu, maka masyarakat perlu melek media dan fungsinya. “Saya kira ini penting untuk dilakukan agar masyarakat cerdas dalam menyikapi fenomena pemberitaan media saat ini,” ujarnya.

Tak hanya tugas Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) untuk mengawasi dan melakukan kontrol terhadap siaran televisi, tapi masyarakat juga diharapkan berperan aktif dalam melakukan pengawasan.

Senada dengan Deddy, ketua ATVSI Ishadi SK mengatakan televisi tak hanya media penghibur, tapi juga pendidik guna meningkatkan kualitas pendidikan bangsa Indonesia. “Masyarakat juga harus turut serta dalam  mengukur dan menyesuaikan kondisi terhadap apa yang disiarkan televisi, lakukan check and balance,” ujar Ishadi.

Salah satu program ATVSI, lanjut Ishadi mensosialisasikan pada masyarakat, bagaimana menyikapi siaran televisi. Karena televisi ialah media modern demokratis dan tak mengenal waktu. Orang tua juga harus berperan aktif mengontrol waktu anak-anaknya menonton televisi. “Televisi jangan jadi tontonan utama sepanjang hari, jadwalkan jam-jam tertentu, pilih acara yang layak ditonton untuk anak,” tambah Ishadi.

Reporter: Dadan M. Ridwan & Agung Tri Laksono/ Magang

Redaktur: Ridwan Alawi

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas