Oleh: Reza Fajar Ghifari*
Berada di ruangan penuh stilistika. Terlihat
rambut-rambut menyepih. Bersama
aroma kehendak mengirim—teks kehampaan.
Berbalut langkah kaki di jendela. Karet-karet
bersembunyi di pelataran.
Kau berdiri tegap di atas
lantai berwarna cokelat muda.
Bersama api-api yang
bersenandung pintar.
Kau melihat kerak dalam bayang
fiksimu. Jalan-jalan kosong
memandang kupu-kupu yang bertebaran
di garis-garis kerudung.
Terbanting rasa saat boneka-boneka
menyelam di ketenangan sajak-sajak
yang likat. Nanap dalam media
rumah kaca. Mengukir sejarah
di kertas-kertas perasaan.
Kutu-kutu tertawa berkacamata pelita.
Harmoni tenang di kemerlap
planet-planet bertasbih runduk.
Meranggas ekologi tempelan karang-karang.
Seorang penjaga menutup kedainya.
Yang tamannya penuh pohon
anggur dan pepaya.
Teks-teks menutup diri;
kosong. Lentera membelah
kata-kata dibasahi kabut
Tenggelam. Kau berjalan mundur menyambut
tembok hijau tua. Diam di rak-rak
harapan, berlendir di senar-senar awan.
Ini jam 10 malam, sudah waktunya mengisi
gelas dengan arak. Yang dicampur
kesejahteraan.
Kau ditemani kandil-kandil
Yang tertata rapi diatas tirai.
Berbicara berbagai metafor kehidupan
dan Sri yang kau ceritakan,
sedang duduk bersama
bocah-bocah jalanan.
*Penulis adalah mahasiswa jurusan Bahasa dan Sastra Inggris, Fakultas Adab dan Humaniora UIN SGD Bandung aktif juga di Forum Sastra Lilin Malam dan sebagai Kurawa di Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman.