Kampusiana

Kelompok KKN Sempat Akan Dibubarkan, Hanya Karena Meme?

Ilustrasi.

SUAKAONLINE.COM – Sempat akan dibubarkan dan dilebur kelompok KKN 003 tetap berangkat menuju tempat KKN-nya, Arjasari, Kabupaten Bandung,  setelah menerima klarifikasi dari pihak Lembaga Pengabdian dan Pemberdayaan Masyarakat (LP2M) di ruangan Ketua LP2M, Senin (30/7/2018). Kelompok KKN 003  merupakan kelompok KKN paket prodi Aqidah Filsafat, namun karena kekurangan anggota, kelompok ini ditambah beberapa orang di luar prodi.

Sebelumnya, kelompok KKN 003 akan dibubarkan dikarenakan Sinta (bukan nama sebenarnya), mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam (KPI), yang juga ketua kelompok mengunggah meme di akun media sosialnya yang dianggap kurang pantas oleh LP2M. Menurut keterangan Sinta, meme itu bukan buatannya, ia hanya mengunggah ulang.

Meme itu menggambarkan beberapa anak sekolah yang sedang merokok dan memegang minuman bir kaleng dengan keterangan foto yang bertuliskan, “KKN 003 itu ngerokok berantem ngebir. Bukan maen tik tok sama jd wibu”. Meme ini menjadi alasan LP2M untuk membubarkan Kelompok KKN 003 dan meleburnya dengan kelompok lainnya. Tapi bagi kelompok KKN 003 merasa alasan itu tidak jelas.

Karena tidak terima keputusan itu, Sinta beserta teman sekelompoknya, dan Women Student Center (WSC) mendatangi ruang Ketua LP2M di gedung Lecture Hall. Mereka bertemu dengan Ketua LP2M, Munir dan Ketua Lembaga Pusat Pengabdian Masyarakat, Ramdhani Wahyu Sururie.  Mereka tidak setuju atas pembubaran kelompoknya hanya karena meme yang niatnya bercanda. Mereka pun tidak terima atas perlakuan LP2M yang menuduh Sinta dengan perilaku yang melecehkan.

Menanggapi pernyataan itu, Munir dan Ramdhani menganggap tidak pantas dilakukan walau sekedar hanya untuk bercanda. Karena menjelang KKN, Munir dan  Ramdhani mengaku khawatir bila gambar itu dipraktikkan oleh peserta KKN. Dan  adanya informasi yang sampai pada pihak LP2M, adanya mahasiswa yang diduga berideologi komunis karena membaca buku komunis.

Meski mediasi tersebut berjalan alot, akhirnya LP2M memutuskan untuk tidak membubarkan dan mempersilahkan Kelompok KKN 003 untuk berangkat menuju tempat KKN-nya.  “Silakan kalian KKN tetap dalam satu kelompok, buktikan kepada kami bahwa tuduhan-tuduhan itu tidak benar. Jaga nama baik lembaga serta lakukan pengabdian dengan semaksimal mungkin sesuai dengan prosedur,” imbuhnya.

Merasa Dilecehkan Hingga Dituduh Komunis

Pada awal pertemuan Sinta dengan pihak LP2M, kelompoknya akan dibubarkan karena alasan meme yang dianggap kurang pantas. Namun setelah Sinta dan teman sekelompoknya mediasi di ruangan Ketua LP2M, muncul alasan selain meme, yaitu dugaan beberapa mahasiswa yang mana ada di Kelompok KKN 003 berideologi komunis karena membaca buku komunis.

Sinta mengatakan, sebelum datang bersama dengan teman sekelompoknya ia terlebih dulu dipanggil oleh pihak LP2M. Ia ditanyai beberapa pertanyaan untuk mengklarifikasi pertanyaan di antaranya mengenai meme yang beredar di status media sosialnya yang dinilai tidak pantas, hingga pertanyaan merujuk pada kepribadiannya.

“Dituduh kamu suka ngerokok ya? Suka tidur sama cowok ya? Suka minum bir ya? Sampai di situ badan saya diliatin sama 4 orang cowok dari atas sampai bawah,” ujarnya.

Masih di hari Senin, karena ia merasa tidak terima atas tuduhan yang dilemparkan kepadanya, serta sikap yang diperlihatkan oleh pihak LP2M, akhirnya Sinta pun menceritakan peristiwa tersebut kepada Women Student Centre (WSC). Menyikapi laporan itu,  anggota WSC Viny Zulva Nurhadiyani, yang ikut juga saat mediasi mengungkapkan, sikap yang ditunjukkan pihak LP2M dapat mempengaruhi kondisi psikis Sinta. Selain itu, hal itu sama saja dengan membatasi hak dan kebebasan Sinta dalam berekspresi.

“Tuduhan-tuduhan kayak gitu bisa memengaruhi psikis dari Sinta sendiri, sama sikap melihat tubuh dari atas sampai bawah dan tuduhan seperti kamu suka tidur sama cowok itu sama seperti pelecehan secara tidak langsung,” ujarnya.

Menanggapi pertanyaan dan pernyataan yang dilontarkan itu, Ramdhani mengungkapkan, pertanyaan yang diajukan bersifat klarifikasi bukan untuk menuduh. Hal tersebut dilakukan karena beberapa data seperti foto dan gambar yang masuk kepada pihaknya yang dianggap dapat merusak citra lembaga. Pun data tersebut didapatkan atas laporan dari inteligen, dan telah diketahui oleh pihak intel dan kepolisian.

“Karena ada hal-hal yang dipandang menurut kami membawa citra yang kurang baik terhadap lembaga. Di antaranya ada yang minum birlah, ngerokoklah dan memahami buku komunislah. Hal-hal seperti ini sangat tidak cocok  dalam kegiatan KKN,” tuturnya.

Selain hal tersebut, peleburan pun dilakukan untuk menyelamatkan peserta KKN yang akan melaksanakan pengabdian serta menyelamatkan citra lembaga. Hal ini karena, nama-nama dari anggota Kelompok KKN 003 tengah diawasi oleh pihak inteligen.

“Ini dilakukan untuk menyelamatkan kalian peserta KKN dan citra lembaga. Jadi jejak peserta yang telah tercium oleh intel dapat melebur dan hilang, jadi intel tidak tahu Anda di mana karena sudah dilebur kelompoknya,” tambahnya dalam forum itu.

Akan tetapi, ketika ditanya terkait orang yang menyebar informasi, Ramdhani enggan untuk menjawab dan memerintahkan Sinta beserta anggota kelompoknya fokus melaksanakan KKN. Namun akhirnya, Ramdhani memberitahu Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) Kelompok KKN 003, Masa Saepudin Z. untuk datang ke LP2M.

Dalam forum itu Saepudin mengakui, informasi itu berasal darinya yang ia dapat dari salah satu dosen dan intelijen Polda Jabar. Lalu, karena merasa khawatir dengan kelompok yang ia bina, ia langsung menghubungi pihak LP2M agar ada kebijakan.

Mengenai tuduhan karena bacaan komunis, salah satu anggota kelompok KKN 003, Ilham Ramdani, baginya tuduhan itu tidak diikuti dengan fakta dan data, hanya berasal dari mulut ke mulut. Menurutnya, tak ada yang salah mahasiswa membaca dan memahami ideologi komunis, justru menjadi perlu bila ingin mengkritik suatu ideologi termasuk komunis harus membaca dan memahami dari sumber yang primer bukan data sekunder.

“Urang (Saya) jadi ingat mengenai Imam Ghazali, al-Ghazali pun sebelum dia mengkritik filsafat dia juga membaca dulu, apa itu filsafat. Contohnya sebelum mengarang Tahafut al-Falasifah (Kerancuan Filsafat), al-Ghazali pun mengarang Maqasid al-Falasifah (Tujuan Filsafat) terlebih dulu. Fair teu? Itu fair karena ilmiah,” ungkapnya saat dihubungi via WhatsApp, Jumat (3/8/2018).

Menurut Ilham, alangkah baiknya kampus ketika mendapat informasi seperti itu diklarifikasi kembali kepada pemberi informasi. Dan kampus seharusnya mempunyai data dan fakta yang kuat agar menjadi contoh dalam budaya akademik yang baik di kampus hijau ini.

 

Reporter   : Dhea Amellia

Redaktur  : Muhammad Iqbal

3 Komentar

3 Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas