SUAKAONLINE.COM, Cimahi — Komunitas Angklung Jepang memeriahkan peresmian sekretariat baru Indonesia bamboo community (IBC) di jalan Melong Asis Kota Cimahi, Sabtu (21/02/2015). Ketua Umum IBC, Adang Muhidin mengapresiasi kehadiran komunitas angklung asal negeri sakura tersebut.Dia mengungkapkan kehadiran mereka dalam acara tersebut menggambarkan budaya musik indonesia diterima dan diminati bukan hanya tingkat nasional namun juga tingkat internasional.
“Saya sangat mengapresiasi kehadiran komunitas Angklung Jepang, hal ini menjadi ciri bahwa budaya musik tradisional asal Indonesia disukai dan diminati bukan hanya kalangan dalam negeri namun juga luar negeri,’’ ungkap kang Adang saat menyampaikan sambutan.
Komunitas Angklung Jepang yang berdiri sekitar tahun 1996 tersebut kemarin hanya membawa personil sebanyak empat orang yakni Midori Nemoto, Takako Kazama, Tomoko Ihara, serta Riuh Gumilang dan Budi Abdurrahman yang merupakan pelatih komunitas tersebut.
Dihubungi terpisah salah satu pelatih Komunitas Angklung Jepang, Budi Abdurrahman menjelaskan kehadiran mereka dalam acara IBC sebagai ajang silaturahmi sesama komunitas pecinta musik bambu agar terciptanya komunikasi yang baik dan kedepannya dapat bekerja sama dalam berbagai kegiatan .
‘’Kami datang kesini sebagai ajang silaturahmi dan sharing agar tercipta komunikasi yang baik yang nantinya mungkin saja kita bisa bekerja sama ngadain acara,” ungkap Budi saat ditemui Suaka seusai acara.
Dalam penampilannya komunitas Angklung Jepang mampu membius penonton yang hadir dengan irama musik bambu yang khas. Beberapa lagu berbahasa Jepang seperti ‘Ricardo Bosanova, Shimauta’, bahkan lagu berbahasa Indonesia ‘Sakitnya Tuh Disini’ mampu membuat penonton terpukau.
Salah satu penonton, Adila mengungkapkan kekagumannya terhadap komunitas angklung asal Jepang dan membuat dirinya semakin cinta akan budaya Indonesia yang saat ini banayak ditinggalkan khusunya generasi muda.
“Saya kagum sama mereka meskipun bukan orang Indonesia tapi bisa main alat musik asal Indonesia, saya juga suka musik bambu tapi sekarang mah banyak anak muda yang menganggap musik bambu itu ga gaul dan kurang diminati,” pungkas mahasiswi Universitas Islam Bandung tersebut.
Reporter : Tito Rohmatullah/Magang
Redaktur : Robby Darmawan