Kampusiana

KPI Butuh Bantuan Masyarakat Kontrol Tayangan TV

Neneng Athiatul Faiziyah saat memberikan materi di acara Penyuluhan Media Sehat. (Foto: Dede Lukman)

Neneng Athiatul Faiziyah saat memberikan materi di acara Penyuluhan Media Sehat. (Foto: Dede Lukman)

 

SUAKAONLINE.COM, Bandung – Kemajuan teknologi informasi, membuat setiap orang berlomba bisa mendapatkan yang tercanggih dan terinstan. Mulai dari media cetak, televisi, radio hingga personal computer yang sudah diciptakan versi murahnya.

Kemudahan untuk mengakses berbagai macam informasi dan hiburan, membuat KPI atau Komisi Penyiaran Indonesia sebagai lembaga pengawasan merasa kesulitan. KPI butuh bantuan masyarakat untuk ikut mengontrol. Terutama mengontrol tayangan di televisi yang menjadi titik konsen KPI dan menjadi perangkat yang paling diminati oleh masyarakat Indonesia.

Ketua KPI Daerah Jawa Barat, Neneng Athiatul Faiziyah mengungkapkan peran orangtua dalam mengawasi anak-anak menonton tanyangan di televisi sangatlah diperlukan. Keberadaan jumlah lembaga penyiaran yang semakin banyak membuat setiap anak bisa menonton apa saja yang mereka mau  tanpa pengawasan orangtua.

“Kebanyakan bapak dan ibu cuek dan gak peduli, padahal  UU negara kita pasal 31, kekayaan baik udara, darat dan laut itu dikuasai pemerintah tapi dipakai untuk rakyat. Udara itu kan frekuensi, radio ada kanalnya,” kata Neneng menjelaskan saat memberikan Penyuluhan Media Sehat di Kecamatan Ujungberung, Bandung bersama Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Suaka, Jum’at (12/9/2014).

Saat ini, kata Neng Atia, Kota Bandung menjadi kota yang paling banyak memiliki lembaga penyiaran, 9 di antaranya adalah TV lokal. Sedangkan untuk radio Kota Bandung memiliki 50 radio yang dinilai terpadat sedunia. Dan jumlah TV lokal yang terdaftar serta berizin di Jawa Barat ada 34 lembaga.

Banyaknya lembaga penyiaran yang semakin bermunculan membuat Nen Atia meminta seluruh orangtua untuk mengawasi setiap tayangan televisi. Jangan sampai anak-anak sebagai generasi penerus bangsa terpengaruh dengan tayangan yang tidak sehat.

“Di KPID hanya ada 3 orang pengawas, kita tidak bisa sendiri, kita butuh bapak-bapak ibu-ibu untuk ikut mengontrol, kita butuh orang-orang yang peduli,” ujarnya kepada peserta penyuluhannya yang terdiri dari kelompok masyarakat sekitar Kecamatan Ujungberung.

Neng Atia menjelaskan, tayangan televisi sangat berpengaruh besar pada perilaku anak-anak. Dari segi pakaian, sikap hingga cara bicara, seolah anak-anak diberikan petunjuk untuk melakukan hal yang ada di tayangan televisi.

Tayangan televisi yang mengungkap langkah-langkah kejahatan, kata Neng Atia, bukan tayangan yang baik, karena bisa menjadi contoh orang untuk melakukan hal yang tidak baik pula.

Reporter : Hilda Kholida

Redaktur : Adi Permana

6 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas