Kampusiana

Kukuhkan 13 Guru Besar, UIN Bandung Pecahkan Rekor MURI

SUAKAONLINE.COM – UIN SGD Bandung menggelar sidang senat terbuka dalam rangka pengukuhan 13 guru besar yang bertempat di Aula Anwar Musaddad, UIN SGD Bandung, Rabu (25/11/2020). Dengan pengukuhan guru besar ini, UIN SGD Bandung mendapatkan penghargaan dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) untuk pengukuhan Guru Besar terbanyak di lingkungan Pendidikan Keagamaan Islam Negeri (PTKIN).

Dengan dikukuhkannya 13 guru besar, UIN SGD Bandung mendapatkan penghargaan dari MURI dalam kategori Super Latif. Senior Manager MURI, Triyono menyebutkan pengukuhan tersebut  merupakan jumlah terbanyak yang pernah dilakukan di lingkup PTKIN dan UIN SGD Bandung layak mendapatkan apresiasi tersebut karena masih tetap berkarya di masa pandemi ini.

Sidang ini dipimpin langsung oleh Ketua Senat UIN SGD Bandung, Nanat Fatah Natsir dan Rektor UIN SGD Bandung, Mahmud. Selain itu, hadir pula Ketua Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis) , Muhammad Ali Ramdhani dan juga Ketua Direktur Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (Diktis), Suyitno.

Ketua Direktur Jenderal Pendidikan Islam (Dirjen Pendis), Muhammad Ali Ramdhani dalam sambutannya menjelaskan bahwa gelar professor adalah gelar akademik tertinggi yang sangat terhormat yang harus menjunjung tinggi kebijaksanaan. “Seorang professor akan sadar setiap ucapannya akan menjadi ilmu, dan tindakannya akan menjadi teladan,” jelasnya, Rabu (25/11/2020).

Kemudian Ali mengatakan untuk para guru besar agar tidak merasa puas dengan gelar yang dicapai, sehingga tidak berhenti untuk belajar. Sejatinya, ketika seseorang berhenti belajar karena akibat dari memperoleh gelar terbesar ini, maka itu adalah kematian dari seorang guru besar.

“Karena sejatinya ketika kita berhenti proses belajar sebagai akibat dari memperoleh gelar terbesar ini, adalah kematian dari seorang professor. Saya amanatkan pada kita semua untuk senantiasa belajar menggali ilmu kembali dan belajarlah pada satu ilmu yang bernama kebaikan. Sebab ilmu yang bernama kebaikan adalah satu-satunya ilmu yang tak pernah usang,” ujar Ali.

Sebelumnya, Rektor UIN SGD Bandung, Mahmud dalam sambutannya mengucapkan  rasa syukur atas pencapaian yang diraih dengan dikukuhkannya 13 guru besar ini. Menurutnya, ke-13 guru besar inilah yang nantinya akan menguatkan UIN SGD Bandung dalam menghadapi persoalan-persoalan yang ada. “Hari ini kita patut bersyukur karena UIN SGD Bandung mendapatkan anugerah yang luar biasa yaitu hadirnya 13 guru besar, yang saya lihat materi yang di sampaikannya secara ke ilmuan luar biasa semuanya,” ucap Mahmud.

Mahmud juga berpesan agar para guru besar yang telah dikukuhkan tidak hanya hebat dalam bidang keilmuan saja, tapi harus hebat juga dalam sektor lainnya. Ia yakin jika berbicara soal ilmu pengetahuan mereka adalah ahli dibidangnya. Akan tetapi dirinya memiliki harapan yakni di samping memiliki kehebatan dalam bidang keilmuan, para guru besar harus memiliki kearifan.

“Saya berharap pada teman-teman semua guru besar yang baru dikukuhkan, bahkan kita juga yang sudah lama, mari kita mulai kita kuatkan keilmuan kita, tetapi lanjutkan juga kearifan kita. Sehingga kehadiran kita sebagai guru besar menjadi pemecah masalah, bukan malah justru menambah masalah,” tutur Mahmud.

Ke-13 guru besar yang dikukuhkan, yaitu Guru Besar Bidang Ilmu Budidaya Tanaman Perkembunan Fakultas Sains dan Teknologi; M. Subandi, Guru Besar Bidang Ilmu Psikologi Konseling Fakultas Psikologi; Ulfiah, Guru Besar Bidang Ilmu Ekonomi Islam Fakultas Syariah dan Hukum; Yadi Janwari, dan Guru Besar Bidang Ilmu Manajemen Fakultas Syariah dan Hukum; Nana Herdiana Abdurrahman.

Selanjutnya, Guru Besar Bidang Ilmu Hukum Ekonomi Syariah Fakultas Syariah dan Hukum; Ah. Fathonih. Guru Besar Bidang Ilmu Tafsir Fakultas Syariah dan Hukum; Koko Komaruddin, Guru Besar Bidang Ilmu Kebijakan Publik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; Sahya, Guru Besar Bidang Ilmu Sosial  Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; Endah Ratnawaty Chotim, dan Guru Besar Bidang Ilmu Tafsir  Fakultas Ushuludin; Badruzzaman M. Yunus.

Diakhir, Guru Besar Bidang Ilmu Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan; Tedi Priatna, Guru Besar Bidang Ilmu Administrasi Pendidikan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan; Jaja Jahari, Guru Besar Bidang Ilmu Politik Islam Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik; Ahmad Ali Nurdin, dan Guru Besar Bidang Ilmu Politik Hukum Islam Fakultas Syariah; Fauzan Ali Rasyid.

Kemudian, setelah dikukuhkan oleh rektor, para guru besar memaparkan orasi ilmiahnya. Salah satu Guru Besar FISIP, Ahmad Ali memaparkan materi mengenai Hubungan Agama dan Negara. Menurutnya, agama masih menjadi faktor penting dalam kehidupan politik masa kini di dunia, termasuk di Indonesia. Kajian tentang hubungan agama dan politik seolah tidak pernah berakhir, karena keduanya adalah bagian instrumen penting kehidupan manusia.

Ahmad menjelaskan bahwa Hubungan Agama dan Negara dapat ditelusuri dari pengalaman beberapa tokoh di Indonesia,”Untuk menjawab pertanyaaan apakah Hubungan Agama dan Negara di Indonesia sudah ideal atau tidak, maka baiknya menelusuri pengalaman bagaimana tokoh founding father merespon ini. Soerkarno, Natsir, Cak Nur, dan Gus Dur tentu akan mendapatkan signifikasinya di sini,” jelasnya.

Menurut Ahmad, muslim di Indonesia bisa beradaptasi dengan tantangan modernitas dan demokrasi. Tuduhan bahwa Islam adalah acaman bagi demokrasi yang dilayangkan akademisi Barat untuk kasus Indonesia tidak terbukti. Praktek Islam itu tidak monolitik, tokoh-tokoh Islam Indonesia menjadi contoh dalam mengubah stereotipe negatif tentang Islam. Politisi Islam masa kini perlu menjaga dan melanjutkan perjuangan dalam mempertahankan Kebhinekaan Indonesi, dan menunjukan bahwa Islam damai, Islam rahmatan lil ‘alamin, dan menjungjung washatiyah.

Reporter: Fuad Mutashim dan Fauzan Nugraha

Redaktur: Hasna Fajriah

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas