Kampusiana

Lima Budaya Kerja, Terjemahkan Reformasi Mental

Rektor UIN SGD Bandung, Mahmud saat memberikan sambutan dalam acara pelantikan ketua jurusan di Aula Rektorat, Kamis (17/03/2016). (Puji Fauziah / Magang)

Rektor UIN SGD Bandung, Mahmud saat memberikan sambutan dalam acara pelantikan ketua jurusan di Aula Rektorat, Kamis (17/03/2016). (Puji Fauziah / Magang)

SUAKAONLINE.COM – Semua civitas harus menyiapkan mental untuk bekerja membangun lembaga, sesuai dengan amanah yang menjadi pesan Kementrian Agama. Hal ini disampaikan oleh Rektor UIN SGD Bandung, Mahmud dalam pelantikan seluruh Ketua Jurusan di Aula Rektorat, Kamis (17/03/2016).

Mahmud menegaskan,  terdapat lima budaya kerja yang ditawarkan oleh Kementrian Agama sebagai wujud penerjemahan dari reformasi mental. Budaya yang pertama yaitu integritas. Yaitu bersatunya antara ucapan dengan tindakan.

“Kejujuran adalah merupakan sesuatu yang tentu saja tidak boleh tidak ada pada diri kita. integritas harus dimiliki oleh siapapun, antara ucapan dan tindakan harus menyatu,” ujar Mahmud.

Kemudian, yang kedua adalah adalah profesionalisme. Mahmud menjelaskan, dimanapun tempat bekerja, maka tuntutan itu adalah sebuah keniscayaan. Maka, sebagai umat Islam harus mengetahui profesionalisme, yang sudah ada sebelumnya dalam kitab Zubad.

“Apa saja aktivitas yang kita kerjakan, kalau memakai ilmu, tidak pakai teori itu beliau mengatakan apa saja aktivitas yang kita kerjakan kalau tidak memakai teori, tidak memakai ilmu maghdub tertolak la tubdal tidak akan diterima, alias gak akan sukses. Dan saya yakin saudara-saudara sudah memiliki teori-teori untuk bagaimana mengembangkan fakultas, untuk mengembangkan jurusan dan seterusnya,” tegasnya.

Budaya kerja yang ditawarkan selanjutnya adalah tanggung jawab. Tanggung jawab manusia bukan hanya di dunia, namun juga di akhirat. Mahmud menghimbau agar semua yang  disadari dan yakini merupakan pertanggungjawaban. Semua Kepala jurusan diharapkan mempunyai komitmen untuk bekerja dengan penuh tanggungjawab. “Sehingga kualitas kerjaan kita bisa memiliki nilai disisi untuk membangun lembaga, maupun disisi Allah SWT,” papar Mahmud.

Kemudian, budaya kerja selanjutnya adalah inovasi. Tuntutannya pegawai kementerian agama adalah mampu melakukan inovasi. Hal ini dianjurkan untuk terus melakukan perubahan-perubahan kearah perbaikan. Meski begitu, inovasi tidak boleh bertentangan dengan regulasi, dan tidak berbenturan dengan aturan yang ada.

“Dan yang terakhir adalah keteladanan, dan ini yang memang tidak sederhana. Ini harus kita semua sadari. Siapapun, sekecil apapun yang kita miliki, jabatan, tolong tunjukkan keteladanan. Dan semua, kita lakukan. Rubah! Untuk menajdi teladan, ibda binafsik, mulai,” tutup Mahmud.

Reporter : Puji Fauziah/ Magang

Redaktur : Edi Prasetyo

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas