SUAKAONLINE.COM- Memperkenalkan dan melestarikan warisan budaya memang tak mudah untuk dilakukan, begitu pun halnya dengan seni bela diri pencak silat tapak suci yang merupakan salah satu kearifan lokal Indonesia yang harus dijaga dan dikembangkan.
Al Fadhilla Auliya Ar Rahman satu dari sekian banyak pemuda negara ini yang ikut memperkenalkan pencak silat di Sale, Maroko. Ia berangkat bersama Muhammad Ali Muzajjad mahasiswa Al-Azhar Cairo yang berasal dari Jawa tengah pada Sabtu, (8/9/18) dan akan berlangsung selama dua bulan ke depan.
Pria yang akrab di sapa Fadil ini memang terlahir dari keluarga yang mencintai seni bela diri pencak silat. Lincahnya diseni bela diri ini memang sudah mendarah daging dikeluarganya. Kakaknya Azzimam Aulia Ar Rahman juga kakeknya giat dalam melestarikan kearifan lokal ini. Bukan saja misi dan menjalankan program Kementerian Pendidikan Dan Budaya (Kemendikbud), namun sudah menjadi misi tersendiri baginya untuk bisa mempromosikan pencak silat Indonesia di kancah Internasional.
Pencak silat tapak suci ini memang bukan yang pertama kalinya diperkenalkan di negara lain, sebelum menyebarkan pencak silat di Maroko, pencak silat sudah di perkenalkan terlebih dahulu ke negara Tunisia, Uzbekistan, Kyrgistan .”Sebelumnya silat ini sudah diperkenalkan oleh kakak saya dengan temannya Sopian Rizal di negara Tunisia, Uzbekistan, Kyrgistan,” ujar pria kelahiran Bandung ini
Sebelumnya di Maroko pencak silat pernah ada, namun karena tidak ada penerus jadi tidak berkembang. Dan ia ke Maroko untuk mengaktifkan kembali dan mencetak kader dari warga asli Maroko, agar seterusnya tetap aktif setelah ia pulang ke Indonesia.
“Sudah hampir 10 tahun pencak silat ini vakum, karena itulah saya memilih Maroko tepatnya Kota Sale,” papar Pria yang masih duduk dibangku perkualiahan semester 7 Jurusan Jurnalistik UIN SGD Bandung.
Selama di Sale Maroko, dirinya banyak mendapat pengalaman baru mulai dari terjun langsung untuk mengajarkan seni bela diri asli Indonesia ini pada masyarakat asli Maroko, dan ia menghabiskan waktu untuk mengajar sebanyak empat kali dalam seminggu. Tak hanya berinteraksi langsung dengan warga Maroko, tetapi ia juga menikmati dan berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di Kota Rabat dan Cassablanca.
Tidak hanya berbagi ilmu di negara asing, namun ia juga mendapat ilmu dan belajar secara langsung bagaimana perkembangan masyarakat di Maroko, serta tahu dengan sejarah-sejarah bangunan yang penting disana. Ia berharap dengan adanya program Kemendikbud ini menumbuhkan motivasi para pemuda Indonesia untuk lebih giat dalam melestarikan dan mempromosikan pencak silat tapak suci ini.
Walau ia harus meninggalkan perkuliahan selama dua bulan, tetapi itu adalah suatu proses untuk bisa mengharumkan nama Indonesia dan melestraikan seni pencak silat tapak suci ke negara-negara lain. Orang tua pun tidak mempermasalahkan dengan semua kegiatan yang dipilih Fadil ini, keluarga sangat mendukung karena keluarga juga pecinta pencak silat. Pencak silat baginya memiliki manfaat yang cukup besar untuk dirinya dan melindungi sesama umat manusia.
“Saya memiliki harapan besar dari program ini, ingin membantu mensukseskan program pemerintah dalam pengenalan dan penyebarluasan pencak silat ke seluruh negara, agar pencak silat bisa di akui di UNESCO dan bisa tembus ke Olympics Games,” tutupnya penuh harap.
Reporter: Delvia Yosa Amanda
Redaktur: Elsa Yulandri