SUAKAONLINE.COM , Infografis – Dalam setiap rangkaian kegiatan yang memeriahkan Kemerdekaan Indonesia, panjat pinang selalu menjadi pagelaran unggulan. Perlombaan yang membutuhkan pohon pinang sebagai ornamen utama ini, selalu mendapat antusiasme yang tinggi dari masyarakat Indonesia.
Kendati demikian dibalik hingar bingar kemeriahan perlombaan panjat pinang, terdapat sejarah yang melekat di masyarakat Indonesia pada masa penjajahan Belanda. Dimana pada zaman tersebut, perlombaan panjat pinang dianggap sebagai upaya untuk mengerdilkan masyarakat Indonesia di zaman itu.
Dilansir dari buku berjudul Hiburan Masa Lalu dan Tradisi Lokal, karya Fandy Hutari, yang terbit pada tahun 2011, mengatakan seringkali orang-orang belanda mencemooh dan menertawakan rakyat pribumi saat pagelaran berlangsung. Dimana pada saat itu para pribumi mati-matian memanjat tiang untuk memenangkan perlombaan, sedangkan orang-orang Belanda dibawah menertawakan hal tersebut.
Pada tahun 1920-an, panjat pinang dikenal dengan istilah de klimmast atau dalam bahasa Indonesia yakni “memanjat tiang”. Pagelaran ini hanya boleh dilakukan oleh orang pribumi dan disaksikan orang-orang Belanda. Sama seperti saat ini, pada masa itu orang-orang belanda dan masyarakat pribumi berbondong-bondong mendatangi perayaan tersebut untuk menyaksikan dan mengikuti lomba panjat pinang.
Perayaan tersebut dibentuk layaknya festival atau karnaval, yang salah satu pagelarannya ialah panjat pinang. Tujuan dari kegiatan tersebut, dilakukan sebagai perayaan hari kelahiran sang Ratu Belanda, Pauline Marie van Orange-Nassau yang diperingati setiap tanggal 31 Agustus.
Seiring berjalannya waktu, tradisi warisan belanda tersebut menjadi ajang perayaan di setiap hari Kemerdekaan Indonesia. Sebagian masyarakat ada yang menolak tradisi ini, namun ada pula yang menjadikan ini sebagai sebuah gambaran perjuangan Indonesia untuk mencapai tujuan bersama yaitu kemerdekaan.
Peniliti: Karina Amartia/Suaka
Sumber: Berbagai Sumber