
SUAKAONLINE.COM – Perpustakaan UIN SGD Bandung mendapat kenaikan akreditasi baru-baru ini. Mulanya akreditasi A kurus dengan nilai 92 di tahun 2018, menjadi A gemuk di tahun 2021 dengan nilai 95,28 dari Lembaga Akreditasi Perpustakaan Nasional (LAP-N). Kenaikan ini didapat dengan melakukan perbaikan dalam segala aspek terkait perpustakaan.
Terdapat enam indikator yang menjadi penilaian akreditasi sesuai Instrumen Akreditasi Perpustakaan Perguruan Tinggi. Mulai dari koleksi perpustakaan, pelayanan, sumber daya manusia, sarana dan prasana, penyelenggaraan dan pengelolaan, dan indikator penguat.
Kepala perpustakaan UIN SGD Bandung, Opik Taupik Kurahman mengatakan persiapan penilaian akreditasi dilakukan secara berkala. Sehingga tidak ada persiapan khusus untuk menghadapi penilaian ini. Karena pengawasan setiap saat dilakukan oleh tenaga kerja perpustakaan, walaupun dalam kondisi perkuliahan daring.
“Sejak awal itu saya kontrol kondisi perpustakaan, jadi sebetulnya berlanjut. Tidak bisa disebut berapa lama tetep aja yang namanya kontrol manajemen itu harus setiap saat, harus setiap waktu dan koreksinya setiap waktu,” ujarnya, Selasa (2/11/2021).
Dengan pengawasan yang berlanjut membuat setiap aspek yang ada di perpustakaan selalu mendapatkan perbaikan. “Seluruhnya kita upayakan baik dalam aspek sumber daya manusia, kalo satu-satu nanti kan nggak akan bisa naik. Semuanya kita identifikasi supaya dari sana juga dipenuhi. Kalo belum, misalnya tidak ada rak jurnal sekarang menggunakan rak jurnal, tidak ada rak koran kita gunakan rak koran, seperti itu,” lanjut Opik.
Namun, mahasiswa jurusan Ilmu Komunikasi Jurnalistik, Haikal Abrori mempertanyakan mengenai aspek pelayanan yang menjadi salah satu indikator penilaian akreditasi. “Di bagian pelayanan perpustakaan harusnya dipertanyakan, pelayanan perpustakaan itu seperti apa ketika pelaksanaan pembelajaran digelar secara daring,” kata Haikal, Rabu (10/11/2021).
Haikal berpendapat belum melihat perpustakaan UIN SGD Bandung mampu mendonamisasi ruang akademik dan menjadi fasilitas bagi setiap mahasiswa. Ia juga berharap perpustakaan dapat membuat ragam program untuk menghidupkan budaya literasi bagi seluruh mahasiswa UIN SGD Bandung.
“Karena kan sejauh ini sudah berbenturan dengan perkembangan teknologi, otomatis budaya literasi dan minat literasi mahasiswa itu berkurang. Harusnya hadirnya perpustakaan kampus itu mampu meminimalisir hal itu. Semoga kedepannya perpustakaan UIN SGD Bandung bisa jadi penopang keberhasilan budaya literasi di UIN SGD Bandung,” pungkas Haikal.
Reporter : Alya Muhtar dan Evi Fitaulifia
Redaktur : Fuad Mutashim