Peningkatan mutu akademik dan administrasi menjadi fokus utama program kerja Rektor UIN SGD Bandung Mahmud. Kedepan, kata Mahmud, Ia dan jajarannya akan menghidupkan kembali budaya akademik melalui konsorsium-konsorsium dan penelitian-penelitian dosen. Ia menginginkan kebijakan-kebijakan yang diterapkan pada masa kepemimpinannya berdasarkan riset dan penelitian.
“Supaya kebijakannya akurat dan bukan sekedar hawa nafsu komandan,” ujar Mahmud saat ditemui di depan Gedung Pusat Bahasa UIN SGD Bandung, Selasa (7/7/2015).
Kedepan, kata Mahmud, Ia akan mendukung dan mengapresiasi dosen-dosen dan guru besar yang aktif melakukan penelitian. Hal ini penting menurutnya guna memotivasi dosen-dosen yang sudah fokus di bidang penelitian, sekaligus cambuk bagi yang masih belum bergerak. “Kita belajar dari Rasullullah SAW. yang selalu menghargai sahabatnya dengan julukan yang baik. Penghargaan pun tak harus selalu uang, tapi pengakuan dan penghormatan,” tambahnya.
Ia pun bertekad untuk membenahi perpustakaan kampus yang masih minim fasilitas dan jumlah bukunya. Menurutnya perpustakaan seharusnya dapat menjadi pusat pengembangan akademik. Ia berharap seluruh elemen kampus bisa bekerja sama dalam meningkatkan budaya akademik. “Kita kesampingkan dulu isu-isu politiknya lah,” ungkapnya penuh harap.
Selain itu, dalam kepemimpinannya nanti, fungsi Humas akan Ia optimalkan. Hal ini agar hubungan antara kampus dengan media massa, dan masyarakat bisa terbangun dengan baik. “Humas harus bisa memberikan informasi buat masyarakat supaya UIN SGD Bandung punya daya jual. Harusnya juga ditangani oleh para doktor atau ahli komunikasi,” jelasnya.
Lebih Menghargai Audiensi
Mengenai kebiasaan mahasiswa UIN SGD Bandung yang sering demonstrasi, menurut Mahmud, itu adalah hak semua pihak. Namun demikian ia menekankan, tiap aksi harus membawa aspirasi yang jelas. “Jangan baru ada isu yang sekedar wacana langsung demo. Mending kalau wacana itu ada faktanya, kalau tidak itu bisa jadi fitnah,”katanya.
Ia berharap agar keluhan-keluhan mahasiswa bisa disampaikan dengan cara yang lebih santun dan arif, misalnya audiensi antar mahasiswa dan lembaga. “Kalau belum juga ditanggapi barulah demonstrasi,” tambah Mahmud.
Ia berharap semua mahasiswa, terutama pers kampus, punya semangat yang sama untuk membangun dan membesarkan kampus. “Kehadiran pers kampus harusnya hadir untuk membesarkan, bukan mengkerdilkan lembaga.”
Membangun kampus, menurut Mahmud, tidak bisa sendiri-sendiri, seluruh elemen harus bekerja sama. “Tidak bisa kiamuhu binafsishi (berdiri sendiri-Red), tapi harus disambut oleh semuanya. Kita kerja sama dan sama-sama kerja membuat UIN ini bermartabat sehingga semua yang ada didalamnya terhormat,” pungkasnya.
Reporter : A Rijal Hadyan
Redaktur : Isthiqonita