Kampusiana

SAHARA, Kembangkan Potensi Guru Bahasa Arab di Era Digital

Dosen Pendidikan Bahasa Arab (PBA) UIN Malang, Halimi Zuhdy sedang memaparkan pandangannya tentang guru bahasa Arab dalam Seminar Kebahasaan SAHARA 2018 di Aula Anwar Musaddad, Senin (5/3/2018). (Indah Rahmawati/ SUAKA)

SUAKAONLINE.COM – Himpunan Mahasiswa Program Studi (HM-PS) Pendidikan Bahasa Arab (PBA)  mengadakan Semarak Apresiasi Khazanah Arab (SAHARA) 2018 yang digelar mulai dari tanggal lima sampai delapan Maret 2018. Salah satu rangkaian acaranya adalah Seminar Kebahasaan untuk mahasiswa bahasa Arab, guru bahasa Arab atau siapapun yang mencintai bahasa Arab. Seminar ini bertempat di Aula Anwar Musaddad, Senin (5/3/2018).

Sahara merupakan kegiatan tahunan yang terdiri dari beragam rangkaian kegiatan, diantaranya perlombaan nasional Arabic short movie, baca berita, esai, puisi dan debat bahasa Arab, lagu pop Arab, kaligrafi, hadroh, musabaqoh qiroatil kutub, pidato bahasa Arab, seminar kebahasaan dan nasyid.

Mengusung tema “Reposisi Eksistensi Bahasa Arab sebagai Pilar Peradaban Islam” Ketua HM-PS PBA, Muhammad Miftah Farid Kholilulloh mengatakan pembeda Sahara tahun ini dengan tahun–tahun sebelumnya adalah peningkatan terus menerus yang bisa dilihat dari partisipannya. Menurutnya kali ini lebih difokuskan pada seminar serta dua kategori lomba untuk mahasiswa dan umum.

Ia juga menjelaskan bahwa dengan short movie mereka ingin memberitahu kepada khalayak, bahasa Arab di tataran internasional dan merupakan syiar tersendiri. “Sedangkan hadroh gunanya untuk mengasah dalam bidang keislamiyahan, seperti sholawat-sholawat, kemudian ada macam-macam hadroh juga,” pungkasnya.

Dalam seminar kebahasaan Dosen PBA UIN Malang, Halimi Zuhdy beserta Dosen PBA UIN Bandung, Ilyas Rifai berbicara sekaligus berbagi tips mengenai pengembangan potensi guru bahasa Arab di era digital.  Halimi Zuhdy berpandangan bahwa kesan yang terlihat pada guru bahasa Arab adalah kurang informasi, gagap teknologi, tidak ada media bahasa Arab, kurang peduli terhadap perkembangan zaman dan terlalu fokus pada buku paket.

Ia menambahkan, guru bahasa Arab tetap bisa mengajari bahasa Arab kepada murid yang tidak bisa membaca al-Quran yakni mengajari secara lisan terkait apa yang ada di sekitarnya. Baginya pemahaman harus didahulukan kemudian memasukkan kaidahnya, agar murid tidak stres. Zuhdy menganggap bahwa semua permasalahan bisa disiasati tergantung dari bentuk permasalahannya.

Tidak hanya itu, banyak pesan yang Zuhdy sampaikan seperti guru bahasa Arab harus memotivasi anak muridnya untuk terus mempelajari bahasa Arab. Bawa anak untuk menyukai bahasanya terlebih dahulu, agar anak termotivasi untuk mempelajari bahasa Arab dimanapun ia berada. Guru bahasa Arab juga harus terus meningkatkan kemampuannya di era digital.

“empat langkah yang harus dilakukan guru di era digital adalah harus rajin mencari tau, mencatat, mengaplikasikan apa yang kita cari dan yang terakhir yaitu berbagi terkait apa yang kita dapatkan itu,” pungkas lelaki yang pernah menjuarai lomba puisi bahasa Arab di Palestina tersebut.

 

Reporter : Indah Rahmawati

Redaktur : Muhamad Emiriza

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas