SUAKAONLINE.COM – Memasuki tahun ajaran baru 2018/2019 mahasiswa angkatan 2017 UIN SGD Bandung yang sudah duduk di semester tiga tak kunjung miliki Kartu Tanda Mahasiswa (KTM). Berbeda dengan angkatan 2016 yang hanya memerlukan beberapa minggu untuk mendapatkan KTM, angkatan 2017 harus sabar menunggu hingga semester tiga. Hal itu tentu membuat beberapa mahasiswa mengeluh dan merasa rugi. Karena selain digunakan sebagai identitas mahasiswa, KTM juga dapat digunakan untuk berbagai keperluan.
Seperti yang dikeluhkan oleh salah satu mahasiswa semester tiga jurusan Bimbingan Konseling Islam (BKI), Fahrurozi, ia merasa rugi karena belum memiliki KTM, dirinya tidak bisa meminjam buku di perpustakaan daerah karena tidak memiliki KTM. “Untuk membuat kartu member anggota Bapusipda kan harus ada KTM. Itu perlu karena buku di perpustakaan UIN tidak sepenuhnya lengkap. Belum lagi untuk keperluan lain kayak kegiatan UKM di kampus dan administrasi di fakultas juga membutuhkan KTM,” ujarnya, Selasa (24/07/2018).
Serupa dengan Fahrurozi, mahasiswa jurusan Sosiologi semestr tiga, Fina Aprilia, juga merasakan dampak yang merugikan dirinya karena belum memiliki KTM. Ia mengatakan bahwa dirinya merasa merepotkan kedua orang tuanya karena belum memberhentikan tunjangan kesehatan. Untuk usia 18 tahun ke atas seharusnya sudah di-stop tunjangannya. Syarat untuk berhentinya bagi yang kuliah yaitu harus memiliki KTP dan KTM, namun karena ia tak memiliki KTM maka tunjangan tersebut masih tetap dibayar oleh kantor ayahnya bekerja. Tapi uang tunjangan itu harus diganti dan ada denda jika usianya sudah 18 tahun.
Kalau soal denda yang akan diterima, ia kurang tahu, yang jelas menurutnya itu sangat merepotkan orang tuanya dan KTM sangat dibutuhkan. Fina juga bercerita tentang dirinya yang gagal mengikuti acara seminar gabungan mahasiswa karena tidak memiliki KTM, padahal saat itu ia sudah duduk di semester dua. “Waktu itu ada acara seminar gabungan mahasiswa tapi aku gak bisa ikut karena belum punya KTM. Padahal kan lumayan banget bisa nambah wawasan dan nambah temen dari universitas lain,” keluh Fina, Selasa (24/07/2018).
Menanggapi keterlambatan proses pembuatan KTM, Kepala Biro Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan (AUPK), Akhmad Lutfi, menjelaskan bahwa KTM mahasiswa angkatan 2017 akan dilakukan co-branding dengan Bank BRI Syariah. Hal itu merupakan lanjutan kerjasama dengan Bank BRI Syariah seperti tahun sebelumnya, namun untuk tahun ini proses pembuatan KTM akan diurus sepenuhnya oleh pihak Bank BRI Syariah.
Selain itu, beberapa hal juga mempengaruhi terlambatnya penyelesaian pembuatan KTM. Untuk KTM angkatan 2017 didesain agar dapat berfungsi ganda, selain untuk identitas mahasiswa KTM juga bisa digunakan untuk transaksi elektronik yang nantinya dapat membayar UKT dengan mudah melalui kartu tersebut. KTM itu nanti akan diberikan chip seperti halnya kartu kredit. Desain tersebut membutuhkan waktu lama dan beberapa kali dilakukan revisi sehingga menyebabkan keterlambatan penyelesaian KTM.
Proses pengajuan pengurusan dari pihak Bank BRI Syariah di Bandung kepada Bank BRI Syariah pusat di Jakarta juga membutuhkan waktu yang lama. Hal itu juga diungkapkan oleh salah satu petugas Bank BRI Syariah KCP UIN Bandung, Eko Setiadi, bahwa KTM untuk angkatan 2017 memang sedikit mengalami keterlambatan karena proses dari BRI Syariah di Bandung ke pusat di Jakarta harus membutuhkan waktu lama.
Eko menambahkan, sejak awal pembuatan di bulan Februari sampai bulan Juli ini sebagian KTM angkatan 2017 sudah jadi namun tidak langsung dibagikan. “KTM tahun sekarang sebenarnya sudah jadi sebagian tapi gak bisa langsung dibagikan dan akan dibagikan nanti kalau sudah jadi semua. Nanti akan dipanggil atau dibagikan sesuai fakultas masing-masing sama kayak pas pemotretan dulu. kalau untuk waktu kapan akan jadi semuanya saya belum bisa memastikan tapi kalau gak salah dari pimpinan, KTM angkatan 2017 akan selesai pertengahan bulan Agustus,” pungkas Eko, Kamis (26/07/2018).
Reporter : Rizky Syahaqy
Redaktur : Muhamad Emiriza