Advertorial

Merevitalisasi Kembali Budaya, Dema-F Adab dan Humaniora Gelar Akrab 2019

S

 Ki Dalang Opik Sunandar Sunarya menampilkanpagelaran wayang pada acara puncak Akrab yang diselenggarakan oleh Dema-F Adab dan Humaniora, di Aula Anwar Musadad, Jumat (22/11/19). Acara tersebut mengusungtema “Melebur Dengan  Akrab Bersatu Bersama Adab”. (Anisa Nurfauziah/Suaka).

SUAKAONLINE.COM-Ari udud teh panyakit, tapi panyakit soteh jang jelema anu teu boga duit” adalah sepenggal guyonan yang dilontarkan oleh Ki Dalang Opik Sunandar Sunarya pada pementasan Wayang Opik Sunandar di Aula Anwar Musaddad, Jumat (22/11/2019). Pementasan tersebut merupakan bagian acara puncak dari Aksi Kreativitas Akrab dan Budaya (Akrab) yang diselenggarakan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas (Dema-F) Adab dan Humaniora.

Pementasan wayang dimulai ketika sang dalang berjalan keatas panggung diiringi dengan sorak sorai penonton yang tak sabar ingin menyaksikan gelaran wayang, sesampainya diatas panggung sang dalang begitu lihai memaikan setiap karakter wayang dengan nada bicara yang lugas namun tetap dinikmati, diselingi guyonan yang khas kerap mengundang gelak tawa disetiap percakapan yang dilontarkan dan diselipkan pesan-pesan yang sangat mendalam.

Sang dalang mengatakan bahwa pada zaman animisme dan dinamisme para wali yang menyebarluaskan agama Islam menggunakan wayang sebagai media, dan wayang pun menjadi tanda bahwa kehidupan pada saat itu masih terjaga. Manusia harus memiliki sifat yang tafaquh dan tasyakur, dan menjadi manusia tidak bisa jauh dari keadaan atau wujud yang ada.

Sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain, hendaknya tidak boleh saling menjatuhkan satu sama lain, “lamun anu jauh urang deketkeun, geus dekeut urang regepkeun, layedkeun, paheutkeun, geus paheut silih seungitan, ulah silih pikaijid”. Maksudnya adalah apabila manusia tidak saling mengenal dan berjuahan maka hendaklah berkenalan agar menjadi dekat, setelah dekat harus saling menjaga, mengharumkan, dan jangan saling membenci.

Gelaran wayang inipun merupakan realitas dari budaya yang berpengaruh untuk merevitalisasi kembali budaya pada setiap mahasiswa, dan wayang pun merupakan hasil dari representatif dari budaya. Acara  yang dihadiri oleh Dekan Fakultas Adab dan Humaniora, Setia Gumilar, seluruh Wakil Dekan, seluruh Ketua Jurusan, beserta  jajaran Dosen yang berada diruang lingkup Fakultas Adab dan Humaniora mengusung tema “Melebur Dengan Akrab, Bersatu Bersama Adab”. 

Menurut Ketua Pelaksana, Alif Rahmat Fauzi mengatakan bahwa tema tersebut merupakan gagasan dan tujuan yang dimana pada setiap jurusan yang ada diruang lingkup Fakultas Adab dan Humaniora masih memiliki ego masing-masing jurusan, yang mana kemudian itu menjadi sebuah polemik disetiap jurusannya, maka tema tersebut menjadi sebuah cita-cita yang pada akhirnya bisa menjadi relasi untuk menyatukan Adab. 

Alif pun mengatakan sebelum acara puncak yang diisi dengan gelaran wayang dan orasi budaya ini sebelumnya telah diselenggakan berbagai lomba dari rangkaian Akrab, seperti lomba Futsal Putra dan Putri yang dieselenggarakan di Zone, Menulis Essai, Musikaalisasi Puisi, Akrab Voice, dan Duta Fakultas.

Ketua Umum Dema-F Adab dan Humaniora, Toriqul Farhan menyampaikan bahwa Akrab ini adalah rangkaian Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIM) Fakultas Adab dan Humaniora yang merupakan salah satu program dari dekanat dan bekerjasama dengan Dema-F untuk membuat kegiatan kemahasiswaan demi meningkatkan kreatifitas mahasiswa dari bidang olahraga, seni, dan intelektualitas. “Saya berharap setelah terselenggaranya Akrab ini mahasiswa memiliki mentalitas yang kompetitif dan lebih maju lagi secara individu, serta tidak melupakan jati dirinya sebagai mahawiswa humaniora,” jelasnya.

Reporter : Anisa Nurfauziah

Redaktur : Lia Kamilah

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas