SUAKAONLINE.COM, – Renovasi masjid Iqomah UIN SGD Bandung membutuhkan dana sebesar 50 miliar rupiah. Jumlah anggaran fantastis ini masuk ke daftar belanja kampus tahun 2016. “Pengalokasian dana anggaran untuk masjid sebesar 50 miliar rupiah. Jadi kami masih harus kerja keras untuk mencari dana lagi,” ujar Kepala Bagian Umum Fathujaman, Kamis (3/3/2015).
Proyek renovasi ini akan berlangsung selama 5 tahun ke depan dimulai tahun ini. Ia pun mengatakan dalam pertengahan tahun 2016 ini renovasi akan mulai dilaksanakan. Pengumpulan dana pun menjadi fokus pada tahun ini. “Kita menargetkan untuk tahun ini 20-30 miliar terkumpul,” ujar Fathujaman.
Masjid, lanjutnya tidak mendapatkan dana dari APBN melainkan melalui dana lembaga itu sendiri, kerjasama, dan donasi. “Kami sedang berusaha gimana caranya dapat uang dengan beberapa kerjasama, dan donasi dari cendikiawan kaya,” ujarnya.
Pembangunan masjid Iqomah nantinya akan melalui lelang, dengan tiga tahap. Pelelangan tersebut meliputi, lelang untuk pembuatan desain masjid, pelaksanaan, dan pengawasan. “Tahun ini akan dibangun tahap pertama yaitu benteng dan pondasi,” jelasnya sembari menunjukkan desain mentah masjid.
Di atas luas tanah 208 meter persegi itu, nantinya akan berdiri sebuah masjid yang kokoh dan mewah. Tahap pembangunan pondasi ditargetkan selesai pada tahun ini. “Kami menargetkan tidak lebih dari tahun 2016 untuk tahap pertama,” tekannya. Untuk pembangunan masjid, lanjutnya tahap pertama tidak akan langsung meratakan masjid tetapi mulai dari pinggiran masjid. Karena ditakutkan mengganggu aktivitas di masjid.
Kini masjid hanya mampu menampung 2000 jamaah, masjid baru ditargetkan mampu menampung 4000 jamaah. Fathujaman pun mengakui bahwa dengan daya tampung hanya 4000 pun masih belum bisa menampung semua mahasiswa. “Ya gimana lagi itu sudah 3 lantai kalo 4 atau 5 lantai kan gak bisa,” ucapnya.
Ada Aher
Angin segar datang dari Gubernur Jawa Barat Ahmad Heriyawan yang memberikan dana hibah untuk perenovasian masjid Iqomah. Dana tersebut sudah diterima pihak kampus melalui Badan Layanan Umum (BLU) UIN Bandung. Pihak BLU mengaku menerima dana tersebut sebesar 1 miliar rupiah.
Sebelumnya Aher menjanjikan akan memberikan dana hibah sebesar 2 miliar rupiah saat ia menghadiri acara Milad ketiga Fakultas Ilmu Sosial dan Politik (FISIP) UIN Bandung, Rabu (8/10/2014) lalu.
“Inginnya juga membantu untuk bangunan ruang kuliah FISIP UIN SGD Bandung, namun kita dahulukan untuk pembangunan masjid karena kondisinya sangat mendesak,” kata Aher. Fathujaman pun membenarkan hal itu, dana hibah Aher sudah masuk melalui rekening kampus yang dikelola oleh BLU.
Lama Tak Direnovasi
Sebelumnya pengajuan renovasi sudah diajukan pihak Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) masjid Iqomah pada bagian Rumah Tangga Kampus. Ketua DKM Bachrudin mengaku telah mengajukan surat pengajuan sebanyak tiga kali. Namun, masih belum menuai hasil.
Awalnya pengajuan tersebut hanya untuk perbaikan kanopi dan penyediaan AC di masjid. Namun pula tak kunjung mendatangkan hasil dengan alasan akan ada renovasi masjid dari pihak Kampus. Jadi tidak perlu disediakan AC terlebih dahulu.
“Ya kami tidak bisa memaksakan, karena dari pernyataan mereka itu berarti renovasi akan segera dilakukan, begitu saja,” ungkap asisten Bachrudin Abdul Hadi Hadi yang juga berada di ruangan kerja bersama Bachrudin, Kamis (3/3/2016).
Sebagai pihak penanggungjawab masjid, mereka mengaku malu. Terlebih lagi ketika memasuki tahun ajaran baru. Hadi mengaku sangat khawatir melihat kondisi masjid yang tidak bisa menampung banyaknya mahasiswa. “Mahasiswa baru banyak sekali yang solat ke masjid tetapi karena tidak bisa manampung semua, banyak mahasiswa yang tidak solat di masjid, bahkan dijadikan alasan untuk tidak solat,” ujar Hadi.
Sebelumnya, Suaka pun sempat mengunggah foto ke Instagram Suaka yang menggambarkan kurangnya daya tampung jemaah di masjid Iqomah ketika pelaksanaan shalat Jum’at (19/2/2015). Terlihat banyaknya jemaah yang melaksanakan shalat Jum’at di beberapa tempat sekitar masjid, seperti parkiran Fakultas Ushuludin, selatan masjid (pelataran masjid depan gedung Pascasarjana), dan halaman depan masjid.
Tidak hanya itu, ketersediaan air di masjid pun turut menjadi masalah klasik yang selalu terulang. Buruknya ketersediaan air terjadi setiap hari. Bahkan, air di toilet masjid terkadang tidak mengalir. Toilet pun dirasa kurang luas, sering sekali terlihat antrean panjang jemaah ketika ingin berwudlu atau sembarang buang air kecil.
Renovasi pertama masjid Iqomah dilakukan tahun 1986 ketika masjid masih bernama masjid Diklat Departemen Agama. Kemudian nama masjid berubah menjadi masjid Ikamah (Ikatan Mahasiswa) di tahun yang sama dimana biaya oprasional masjid berasal dari biaya kuliah mahasiswa sebesar 150 ribu. Namun, pada tahun 2010 dana tersebut ditutup dan sampai sekarang dana masjid hanya mengandalkan dana Kampus.
Barulah di tahun 2012, nama masjid kembali dirubah menjadi masjid Iqomah atas kesepakatan Bachrudin dengan Abdul Hadi dan melakukan beberapa renovasi ringan. Renovasi hanya meliputi toilet dan keran wudlu. Kini kamar mandi toilet masjid berjumlah enam ruang dan keran berjumlah 21 unit.
Selain itu, hingga saat ini masjid Iqomah masih belum memiliki identitas. Meski secara tidak langsung memakai nama Iqomah, sejauh pantauan Suaka tidak terlihat di sekitar masjid sebuah plang atau papan nama yang memuat nama Masjid Iqomah.
Reporter: Muhammad Iqbal
Redaktur: Ridwan Alawi