SUAKAONLINE.COM — Di tengah ketidakpastian aturan jam malam dari pihak rektorat, Forum Literasi bekerjasama dengan Lembaga Pengkajian Ilmu Keislaman (LPIK) UIN SGD Bandung mengadakan acara launching web sekaligus diskusi publik. Acara tersebut mengusung tema Keruntuhan Kritik Sastra di Era Populer di Kantin Kopma, Gedung Student Center lantai I, Rabu (4/6/2014).
Dua pembicara dihadirkan dalam acara tersebut, yakni Yovantra Arief (pengurus rubrik kebudayaan IndoProgress) dan Lili Awaludin (dosen sastra UIN SGD Bandung). Acara tersebut juga dimeriahkan oleh penampilan musisi Adew Habtsa dan juga Nafida yang membacakan puisi.
Hafidz Azhar selaku moderator sekaligus penggagas acara mengaku bahwa acara ini terilhami oleh pernyataan Jacob Sumardjo yang menyikapi dinamika kritik sastra di Indonesia.
“Ketika saya mewawancarai Jacob Sumardjo, ia mengungkapkan bahwa di era ini kritik sastra Indonenesia dalam keadaan yang sangat memprihatinkan,” imbuhnya.
Dalam pembahasan tema diskusi publik, Lili mengatakan bahwa kritik sastra Indonesia sebenarnya tidak mengalami keruntuhan.Jika kritik sastra dimaknai sebagai suatu respon terhadap sebuah karya sastra, maka kritik sastra yang dimaksud tidak sedang berada dalam kehancuran.
“Sebenarnya kritik sastra tidak mesti bersifat judgemental,” ungkapnya. Ia juga menambahkan bahwa memang benar di era industri ini, dunia kesusastraan Indonesia tengah dalam keadaan terjun bebas.
Menyambungkan pernyataan Lili, Yovantra menganggap bahwa saat ini Indonesia tengah mengalami paceklik kritik sastra yang berkualitas.
“Saat ini, banyak karya kritik sastra di Indonesia yang kurang cerdas dan tidak ketat,” katanya. Yovantra juga menganjurkan agar para kritikus lebih banyak berbaur dengan para sastrawan populer, agar dapat membantu mereka mengidentifikasikan problem-problem sosial yang dapat diartikulasikan dalam karya sastra yang lebih berkualitas.
Selain diskusi publik, dalam kesempatan tersebut Forum Literasi juga memperkenalkan website resminya www.forumliterasi.com kepada para audiens. “Web ini dibuat agar budaya literasi bisa lebih hidup, khususnya dalam ranah sastra,” tutur Galah Denawa selaku pemandu acara.
Reporter : Hengky Sulaksono
Redaktur : Adi Permana