Aspirasi

"Hegemoni Minoritas Melalui Mekanisme Pemilihan Rektor"

Dok. Pribadi

Dok. Pribadi

Oleh: M. Jandi

Ada sebuah event besar yang telah dirancang untuk menduduki kursi jabatan rektor uin bandung. Pengusungan nama dari salah satu fakultas telah tercantum dan telah disepakati oleh beberapa pihak yang dimana memiliki kesamaan visi dengannya yang dinaungi oleh salah satu organisasi terbesar Islam Indonesia. Perebutan kekuasaan ini setidaknya akan menimbulkan dinamika yang teramat serius. Jika Hanya Dengan sistem keterwakilan pemilihan rektor kali ini pasti akan menimbulkan beberapa polemik baru. Pihak A kuat dengan nama calon A, dan pihak B kuat dengan nama calon B. Ada pertarungan politik yang akan sengit dalam menduduki kursi rektorat.

 

Tindakan mahasiswa

Dalam memandang permaslaah ini ada dua kemungkinan yang akan terjadi, satu adalah mahasiswa yang pro dengan sistem keterewakilan. Dalam pemilihan rektor dan dipihak lain mahasiswa yang kontra dan menuntut ingin diadakannya sistem pemilu raya, yang diikuti oleh seluruh masyarakat kampus secara serentak.

Pertama, mahasiswa yang pro dengan sistem adanya pemilihan rektor dengan cara keterwakilan, yang dimana mereka seakan-akan menjadi pengikut setia nama yang diusung. atau bisa jadi mereka (mahasiswa) telah dirasuki pemikiranya bahwa apa yang diintruksikan maka patut ia turuti, karena ia ada dalam satu frame dan satu rumah yang sama yaitu organisasi. Maka ketika banyak orang yang menyuarakan adakan pemilu raya untuk pemilihan rektor, ia hanya terdiam dan terbungkam oleh jutaan kata-kata yang telah ia lahap dari orang yang berkepantingan.

Kedua, mereka para mahasiswa yang menginginkan adanya pemilihan rektor secara jelas, pemilu raya, atau kontra dengan sistem keterwakilan. Karena kenapa sebagian mahasiswa yang telah merasakan kebijakan dan kinerja, ataupun sistem pemilihan rektor dengan cara keterwakilan, akan menghasilkan pemimpin yang megutamakan kekuasaan dan kedudukan. Bukan pengabdian dan loyalitas dia sebagai pemimpin untuk seluruh civitas akademika bukan hanya untuk anggota senator universitas semata. Maka perlu adanya rekonsiliasi berbagai kebijakan/ sistem dan kinerja birokrat dalam menjalankan amanah ini.

Ini semua hanya baru persiapkan dalam mengusung adanya pemilihan rektor baru, untuk menggantikan rektor yang dipecat dengan ketidakjelasan mengapa ia sampai dipecat atau mengundurkan diri. Permasalahan seperti ini jangan sapai terjadi yang kesekiankalinya. Memang pemilihan rektor dengan sistem keterwakilan yang di pilih oleh para senator fakultas yang memiliki kualitas, kapasitas, nama besar dan banyak mengetahui sejarah pergolakan politik kampus. Tapi disislain kita perlu diketahui bahwa tidak selamanya mereka yang memiliki kualitas unggul, kapasitas yang baik, nama yang berpengaruh dan pengalaman yang seabreg ini akan amanah dalam menjalankan tindakanan politiklnya dengan baik dan bersih, dikhawatirkan akan adanya politik picik, politik uang dan politik yang terselubung dll. Apalagi perpolitikan UIN SGD BDG terkenal dengan permainan yang sedikit licin. Terkadang satu arah dan terkadang berlainan arah. Karena banyak sekali kepentingan kekuasaan. Dan yang lebih mengerikan adalah yang dimana tindakan politik yang dikatakan tadi kini telah merambah kepada kalangan mahasiswa itu sendiri.

Laman: 1 2 3

7 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas