Aspirasi

"Hegemoni Minoritas Melalui Mekanisme Pemilihan Rektor"

Keempat, cara pemilihan rektor dilakukan dengan cara yang tidak mengikuti perkembangan jaman, kalisk  (no up to date). Salah satu parameter ketercapaian atau mekanisme pemilihan rektor yang baik adalah dengan adanya transparansi tahapan dalam memilih rektor berserta jadwalnya (adanyasosialisasi). Juga tidak ada dengar pendapat antara calon kandidat dengan semua dosen, karyawan, mahasiswa, orang tua mahasiswa, dan parameter lainya adalah dengan diadakanya debat calon antar kandidat agar seluruh CA mengetahui kualitas dan kapasistas para kandidat calon rektor 2015-2019. Pada diskusi kali ini kedua belah pihak dapat menaggapi berbagai aduan dan curahan para mahasiswa Yang menjadi dasar permasalahan yang sehari-hari dinikmati oleh civitas akademika. Mungkin dengan adanya sharing seperti ini mahasiswa bisa menyuarakan adanya Kesemrautan lahan parkir, KKN yang teruh mengakar, degradasi moral yang terus berkembang, apatisme kaum intelk yang semakin parah, ketidak adaanya lahan terbuka hijau, tidak adanya tempat terbuka umum untuk berdiskusi mahasiswa, acuh terhadap agama, meninggalkanya nilai-nilai keislaman, sekulerisasi yang semakin tinggi. Jabatan yang hanya di hegemoni kaum yang berkuasa, dll. Ini semua perlu diperbaiaki jangan sampai hanya dibiarkan begitu saja tanpa ada sentuhan tangan kaum kreatif. Jadi istilahnya semua permasahan yang ada dikampus ini dipertanyakan kepada calon rektor baik secara langsung maupun melalui media massa/ dunia maya. apakah ia sanggup atau tidak atau hanya sebatas mengaung saat ada maunya.

Kelima, adalah kita harus bisa melihat siatuasi dan kondisi kampus tercinta uin bandung saat ini. Dengan berbagai permasalahan, prestasi, ketidak adilan, kesemrautan. Hingga hanya segelintir orang yang peduli dengan apa yang namnya kebenaran. Dan mau membasmi kebatilan, dan mayoritas mahasiswanyapun hanya mengutamakan kekuasaan dan pesta pora sebagai program kerja yang perlu dituntaskan bukan memberikan kepuasan dan kepemilikan bahwa uin bandung memiliki sesuatu yang bisa mengarahkanya yaitu dema? Ini pertanyaan yang perlu segera dijawab dan perlu adanya penanganan yang cukup serius. Posisi uin ini sudah menuju stadium akhir menuju ketidak singkronan dalam berbagai hal. Dengan lebel islam didalamnya namun itu semua hanya sebatas formalitas, hany sebagian fakultas dan jurusan yang masih menerapkan norma dan nilai-nilai keislaman, itupun kini kian tersisihkan, begitupun dengan gaya hidup para mahasiswa uin bandung. Siapa yang bisa mendefinisikan posisi UIN bandung ini kalau bukan rektor yang terpilih nanti. Dengan mendefinisikan atau menjabarkan posisi uin ini maka, semuanya akan terjawab bahwa uin bandung ini harus bersaing dengan ribuan uiniversitas di indonesia bahkan mancanegara. Jiaklau saja para kanditat tidak bisa melihat kondisi dan posisi saat ini maka, uin bandung ini dalam jangka empat tahun kedepan akan terus maju dan terus berjalan namun tanpa arah dan tujuan.

Maka dari itu perlu adanya sebuah kerjasama yang terstruktur dari sertiap elemen universitas untuk merancang dan membahas perihal permasalahn ini, demi terciptanya sebuah solusi yang pasti. Kita perlu menguak berbagai permasalahan dan menguak berbagai kepentingan yang terselubung. Ayo para mahasiswa suarakan pendapatmu dan teriakan perkataanmu bahwa kita tidak mau dengan apa yang namnya kecurangan dan ketidak jelasan. Kita jangan terlalu nyaman dengan kondisi yang setiap hari meninabobokan hidup kita, kita jangan terlalu mengiyakan apa yang ia katankan, kita jangn terlalu berleha dalam melintasi relaita, dengan idelaisme yang tinggi, dan dengan semangat juang yang tak pernah padam mari kita suarakan apa yang kita rencanakan.

Saya, anda, kalian, civitas akademika, senat, stakeholder dll perlu berpikir secara matang bahwa apa yang sedang kita perjuangkan adalah untuk kepentingan bersama, bukan untuk kepentingan satu pihak. Jangan sampai hal ini menjadi patronse kaum minoritas.. jangan sampai terpilihnya rektor dengan cara keterwakilan oleh senat kali ini menjadi sebuah permasalahn baru bahwa lahirnya rektor hanya untuk senat bukan untuk civitas akademika kampus uin toh sejatinya yang memilih rektor juga senat. Maka apa boleh buat! RENUNGILAH.

Penulis Mahasiswa Semester 4 Jurusan Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Laman: 1 2 3

7 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas