SUAKAONLINE.COM– Aksi Kamisan UIN Bandung menggelar Kamisan ke-57 dengan mengangkat isu kenaikan BBM, di depan Tugu Kujang, kampus 1 UIN Bandung, Kamis (22/9/2022). Selain isu BBM, Aksi Kamisan juga mengangkat persoalan fasilitas kampus yang dianggap kurang memadai, seperti ruang kelas dan parkiran.
Koordinator Aksi Kamisan, Ahsan memaparkan bahwasanya aksi kamisan kali ini membawa dua tuntutan yang cukup dekat dengan kehidupan mahasiswa. Pertama, isu BBM, menurutnya kenaikan BBM membuat mahasiswa menjadi keberatan karena harus menambah pengeluaran. Kedua, isu fasilitas kampus, sebab banyak mahasiswa yang tidak kebagian kelas saat pembelajaran.
“Tuntutan yang secara menyeluruh yaitu terkait Indonesia hari ini, terutamanya terkait kenaikan BBM serta dampaknya terhadap Hak Asasi Manusia. Tak hanya itu kami juga mengangkat isu-isu lokal di UIN sendiri yakni, kurangannya kelas, kurangannya fasilitas bahkan ada beberapa yang (belajar -red) online tapi tidak menikmati fasilitas yang sama,” papar Ahsan saat diwawancarai, Kamis (22/9/2022).
Ia juga menambahkan, bahwa kurangnya fasilitas kampus perlu menjadi sorotan pada aksi ini. “Yang kedua mungkin ada beberapa kelas (jurusan -red) yang tidak mendapatkan ruang belajar karena keterbatasan ruangan, sehingga beberapa diantaranya harus melakukan pembelajaran secara online, (bahkan -red) ada beberapa (jurusan -red) yang harus melakukan pembelajaran di luar ruang kelas,” tuturnya.
Lebih dari itu, ia mengatakan mahasiswa yang membayar UKT tidak merasakan fasilitas yang merata. Ahsan juga menyoroti perihal kurangnya lahan parkiran di kampus 1, akibatnya banyak mahasiswa yang tidak kebagian parkir. “Di kampus 1 sendiri paling tidak adanya tempat untuk parkir dan tidak memadai. Sehigga banyak yang tidak kebagian tempat parkir,” lanjutnya.
Salah satu peserta aksi dari jurusan Aqidah dan Filsafat Islam, Goblay (nama samaran) mengungkapkan alasannya mengikuti aksi kamisan ini ialah sebagai bentuk kesadaran diri terhadap isu-isu yang sedang marak saat ini. “Salah satu alasan saya, ialah aksi ini merupakan bentuk penyadaran bagi diri saya sendiri,” ungkap Goblay saat diwawancarai, Kamis (22/9/2022).
Terkait fasilitas kampus, ia mengungkapkan akreditasi UIN tidak menentukan dengan fasilitas yang mencukupi. “UIN mungkin terkenal dan akreditasinya juga A, tapi saya mengalami beberapa kendala salah satunya adalah kelas-kelas yang kurang sehingga mengganggu aktivitas pembelajaran,” keluhnya.
Selain itu, ia mengeluhkan fasilitas yang didapatkan tidak sesuai dengan bayaran UKT. “Saya membayar UKT, jujur rasanya tidak sesuai dengan apa yang saya dapatkan. Mungkin masalah fasilitas pendukung harus segera dibenahi, saya yakin UIN sendiri memiliki dana untuk menambah fasilitas kampus,” lanjutnya.
Ia pun berharap agar aksi kamisan ini dapat didengar dan poin-poin yag disampaikan dapat terpenuhi. “Harapannya untuk aksi ini tetap akan berlanjut sampai suara-suara kami didengarkan, sampai aksi kami benar-benar terpenuhi apa saja poin yang kami sampaikan, entah itu untuk negara, ataupun untuk birokrasi kampus,” tutupnya.
Reporter : Ucha Mutiara/Suaka
Redaktur : Yopi Muharam/Suaka