Kampusiana

Konsep Dasar Matematika dalam Al-Quran

Rahayu Kariadinata tengah menerangkan konsep dasar ilmu matematika dalam Al-Quran pada Seminar Al-Quran dan Matematika, Sabtu (20/2/2016) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika UIN SGD Bandung. Rahayu menerangkan mulai dari jumlah bilangan ganjil hingga kriptografi semuanya bermula dari Al-Quran.

Rahayu Kariadinata tengah menerangkan konsep dasar ilmu matematika dalam Al-Quran pada Seminar Al-Quran dan Matematika, Sabtu (20/2/2016) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika UIN SGD Bandung. Rahayu menerangkan mulai dari jumlah bilangan ganjil hingga kriptografi semuanya bermula dari Al-Quran. (Hasna Salma/ Magang)

SUAKAONLINE.COM, — Banyak konsep dalam ilmu matematika yang yang bersumber dan dikembangkan dari Al-Quran. Dan bagi mahasiswa yang belajar di Jurusan Matematika jangan pernah menutup diri untuk menoleh pada sumber pertama ilmu matematika tersebut. Hal ini disampaikan pemateri Seminar Al-Quran dan Matematika , Rahayu Kariadinata Sabtu, (20/2/2016) yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Matematika (Himatika) UIN SGD Bandung di Aula UIN SGD Bandung.

“Didalam Al-Quran terdapat semua hal mengenai kehidupan dan kematian, termasuk matematikapun ada didalamnya,” terang Rahayu. Ia menerangkan beberapa contohnya, seperti, hukum waris, penentuan bulan hijriah, thawaf, sa’i, dan melontar jumroh.

Lebih jelas lagi terkait ilmu matematika, di dalam Al-Quran terdapat konsep bilangan yang tersusun rapi, seperti, bilangan ganjil, sebagaimana yang tercantum dalam surat Al-Baqarah ayat dua. Kemudian angka tiga dan tujuh merupakan bilangan prima yang sering muncul dalam ritual agama Islam, dimana do’a diyakini akan terkabul jika diulang tiga atau tujuh kali.

Konsep kriptografi atau kriptologi yang menjadi titik temu ilmu matematika juga terdapat dalam Al-Quran. “Terdapat kriptografi dalam Al-Quran yaitu tulisan rahasia, dalam solat misalnya itu memiliki angka tersembunyi berjumlah Sembilan belas. Jika di hitung 2 (shubuh), 4 (dzuhur), 4 (ashar), 3 (maghrib), dan 4 (isya) akan menghasilkan angka 1.286 x 19,” ujar Rahayu.

Menghatamkan Al-Quran juga, tambah Rahayu bisa menggunakan rumus matematika sederhana. Kecepatan menghatamkan Al-Quran bukan ditentukan dari kecepatan membacanya tetapi ditentukan seberapa banyak membacanya dalam sehari. Sehingga orang bisa dengan mudah menghatamkan Al-Quran dengan cepat. “Dan pada intinya Al-Quran itu sangat mendukung matematika,” ujarnya.

Senada dengan Rahayu, ketua pelaksana Seminar Himatika, Algi mengatakan mahasiswa matematika jangan hanya berpatok pada Al-Quran atau matematika saja. Tetapi keduanya harus dikuasai dengan seimbang. Kita punya ilmu umum tapi di sisi lain juga kita punya keimanan dan penguasaan agama yang mendalam, jadi harus seimbang antara kepintaran dan spiritual,” ujar Algi.

Reporter: Hasna Salma/ Magang

Redaktur: Ridwan Alawi

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas