Sosok

Melodi Nostalgia: Perintis Usaha Kaset Fisik yang Sukses      

Foto: Ninda Nur Aidah/Magang

SUAKAONLINE.COM –Sore itu, di sepanjang Jalan Dipatiukur para pedagang mulai menyiapkan dagangnya. Suaka mulai berjalan menyusuri jalan tersebut menuju toko musik legendaris di Kota Bandung. Terlihat banner bertuliskan DU 68 Music terpajang di sebuah ruko lantai dua. DU 68 menjadi salah satu toko yang masih konsisten menjual kaset,  Compact Disc (CD), dan vinil hingga sekarang.

Saat Suaka memasuki toko tersebut, terlihat rak tersusun rapi yang diisi tumpukan kaset, dengan lampu sedikit redup tetapi masih bisa menerangi ruangan itu. Ada berbagai jenis rilisan fisik di rak tersebut. Mulai dari, musik lawas lokal, pop, metal, punk, dan masih banyak lagi.

Di atas meja kasir terpampang penghargaan dari Extreme Moshpit, dengan tulisan ‘The Extreme Moshpit Record Dealer’. Extreme Moshpit merupakan sebuah media alternatif kecil yang digagas oleh mendiang Eben Burgerkill dan temannya Gebeg Taring.

Di sela-sela rak yang terusun, terlihat pria berkacamata sedang ngobrol bersama dua temannya. Sembari mengobrol, pria itu terlihat menyusun kaset pita yang akan dijual. Pria tersebut adalah Ilham Vickry, pemilik toko DU 68 Musik.

Vickry yang akrab disapa Bob bercerita awal mula merintis toko DU 68 ini. “Saya juga awalnya usaha ini, ngampar (jualan menghampar di jalanan -red). Dulu saya sambil kuliah, dikirim uang dari kampung. Mau jualan kaset, modal gak ada, barang minjem (Meminjam -red) di pedagang-pedagang lain di pasar loak, di Cihapit, minjem. Memang belum ada modal, minjem barang-barang terus di dagangkeun (dijual -red), kalo udah laku baru setor ke yang punya barangnya, besoknya teh. Awalnya saya kaki lima bareng-bareng saya jualan di sini, bareng sama dia. Se-kampus juga sama dia di UNPAD,” jelas Bob, Kamis (1/6/2023).

Perjalanan Bob ini dimulai pada tahun 1993, ketika ia dengan gigih memulai usahanya dengan menggelar tikar karena belum memiliki toko sendiri. Pada saat itu, ia berjualan di daerah Dewi Sartika, mengandalkan tikar sebagai tempatnya menjajakan barang jualan. Setahun kemudian, tepatnya pada tahun 1994, dia melanjutkan perjuangannya dengan berpindah ke daerah Kartini. Meskipun modalnya masih minim, semangat dan dedikasi yang menggelora dalam dirinya tetap membuatnya bertahan.

Tidak lama setelahnya, pada pertengahan tahun 2000, perjuangan dan kerja kerasnya membuahkan hasil. Bob akhirnya berhasil mewujudkan impian memiliki toko sendiri di daerah Dipatiukur. Keberhasilan ini menjadi tonggak bersejarah dalam perjalanan bisnisnya, membuktikan betapa tidak kenal lelahnya dia dalam mengejar cita-citanya sebagai pengusaha.

Selama menjalankan usahanya, yaitu menjual kaset fisik, Bob sungguh-sungguh mencintai pekerjaannya itu dan menjelajahi lebih dalam tentang esensi musik. Ia memiliki ketertarikan yang besar terhadap berbagai genre musik. Teman saya penasaran dan bertanya, “Tapi kalo ini, musik, sangat bisa gak sih mempengaruhi orang?”

“Sangat bisa lah. Musik itu ada tiga element ya, pertama itu akal budi, setelah itu rasa, setelah itu emosi. Tapi gak langsung mempengaruhi biasanya. Tapi kita sering tau kan, kalo sedih dengerin musik kan, kalo seneng juga dengerin musik, makanya ada juga pencipta-pencipta lagu yang ngalamin patah hati, dibikin lagu,” jelas Bob dengan tenang sembari menghisap rokoknya.

Kebahagiaan dalam Cinta, Hobi, dan Bisnis Musik

Meskipun alasan di balik kesuksesannya adalah cinta, sejalan dengan kesenangannya, hobi, dan mencintai dunia bisnis, Bob telah menikmati perjalanan hidupnya. Dia menemukan kebahagiaan dalam hal-hal yang memuaskan hatinya, mengikuti hobi-hobinya, dan menjalankan bisnis yang sudah menjadi bagian dari dirinya sejak lama. Bagi Bob, kebahagiaan terletak pada kesenangan yang ia dapatkan dari kegiatan-kegiatan tersebut.

Pada tahun 2023, usaha toko kaset Bob telah memasuki usia yang mengesankan, tepatnya 23 tahun. Toko kaset ini menjadi legendaris di sekitar jalan Dipatiukur, yang dulu dikenal sebagai pusat perbelanjaan musik dengan kehadiran tiga toko sekaligus. Namun, dari ketiga toko tersebut, hanya toko kaset Bob yang berhasil bertahan dan mencatat sejarah panjang dalam industri musik lokal.

“Dulu mah di sini rame rame, ada tiga toko dulu di sini. Ini toko kaset sama piringan hitam, sebelah ini toko TV dan DVD, sebelahnya lagi toko merchandise, kaos kaos atau emblem atau macam-macam lah.” tutur Bob, sambil bernostalgia.

Seiring berjalannya waktu, toko kaset Bob telah menjadi simbol kecintaan terhadap musik dan kegigihan dalam mempertahankan tradisi kaset fisik di tengah arus digitalisasi yang tak terhindarkan. Dengan kehadiran toko ini, Bob memberikan tempat bagi para pecinta musik untuk menjelajahi berbagai genre dan menemukan karya-karya musik yang langka dan sulit ditemukan di tempat lain.

Bob adalah sosok yang teguh dalam tekadnya untuk memiliki usaha sendiri sejak ia masih muda. Sebagai mahasiswa sastra di UNPAD, dia merasakan panggilan yang kuat untuk menjadi pengusaha. Ia tidak tergoda oleh kenyamanan bekerja pada orang lain atau mengikuti jejak yang umum. Sebaliknya, Bob mengikuti hasratnya untuk merintis sesuatu yang lebih besar. “Bob ini pengusaha murni, dia enggak pernah bekerja ke orang lain,” tambah temannya yang juga berada di ruangan tersebut.

Setiap minggunya, toko DU 68 MUSIC menerima pengiriman kaset fisik baru dari berbagai pemasok. Kaset-kaset fisik ini juga memiliki daya tarik yang tak bisa diabaikan oleh pecinta musik di luar negeri. Menurut Bob bukan hanya musik dengan genre metal yang diminati, tetapi juga musik Sunda yang terasa eksotis dan seksi bagi mereka.

Bertahan Relevan di Era Digital

Dalam era digital yang dipenuhi dengan kemajuan teknologi dan popularitas format musik digital, toko kaset Bob berhasil bertahan dan tetap relevan dengan mengadopsi strategi yang inovatif. Salah satu cara utama yang dilakukan oleh toko kaset Bob adalah melibatkan diri dalam proses produksi kaset sendiri. Hal ini memberikan keunikan tersendiri bagi para pecinta musik yang mencari kaset fisik langka atau edisi terbatas yang mungkin sulit ditemukan di tempat lain.

Selain itu, toko kaset Bob juga menggunakan teknologi Quick Response (QR) code sebagai salah satu inovasi yang sangat penting. Kode QR digunakan untuk memberikan akses kepada versi digital dari musik yang ada di dalam kaset fisik. Dengan memindai kode QR yang terdapat pada kemasan kaset, pelanggan dapat mengakses dan men-download versi digital musik tersebut. “Kita memproduksinya gini, karena kan banyak yang ga punya playernya, makanya kita kasih QR, untuk langsung masuk ke digitalnya,” ujar bob, sambil memperlihatkan code QR-nya itu.

Bob juga memberikan tips agar usaha yang kita jalankan tetap eksis dan tidak kandas di tengah jalan. “Tentu saja ada. Yang pertama, harus mencintai pekerjaannya. Kalo kamu enggak cinta, kamu tidak akan bisa menjiwai sehingga tidak akan enjoy. Nah yang kedua, SDM yang mumpuni, maksudnya kaya rajin. Kalo kedua hal ini udah terpenuhi, maka pasti bisnis akan berjalan dengan lancar.” Jawab Bob

Dengan demikian, kunci kesuksesan menurut Bob adalah menggabungkan cinta dalam menjalani pekerjaan dengan memiliki tim yang rajin dan berkualitas. Dengan fondasi ini, bisnis akan memiliki daya tahan yang kuat dan mampu menghadapi tantangan serta perubahan yang terjadi di lingkungan bisnis yang terus berkembang.

Reporter         : Ninda Nur Aidah/Magang

Redaktur        : Mohamad Akmal Albari/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas