Advertorial

Membaca Ulang Suara Rakyat lewat Festival Bandung Menggugat

Peserta yang terdiri dari mahasiswa berbagai universitas serta anggota komunitas masyarakat turut berpartisipasi dalam acara Festival Bandung Menggugat yang diselenggarakan di Lapangan Balai RW 02, Dago Elos, Kota Bandung, pada Sabtu (12/4/2025). (Foto: Zahra Zakiyyah/Magang)

SUAKAONLINE.COM – Bandung Bergerak (BB) menggelar Festival Bandung Menggugat di lapangan Balai RW 02 Dago Elos, Kota Bandung Sabtu (12/4/2025). Kegiatan ini diikuti oleh ribuan peserta yang berasal dari kalangan mahasiswa berbagai universitas serta komunitas masyarakat.

Festival ini menampilkan berbagai rangkaian acara, mulai dari diskusi, orasi, hingga pertunjukan seni. Grup musik Sukatani serta warga Dago Elos turut berpartisipasi dalam menyemarakkan panggung seni yang menjadi bagian dari festival tersebut.

Ketua panitia Festival Bandung Menggugat, Tofan Aditya, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan menjadi ruang pertemuan bagi anak muda sekaligus mendorong mahasiswa untuk tetap berani menyuarakan pendapat kritis di tengah situasi sosial politik yang semakin kompleks. “Ingin menjadi ruang temu bagi anak muda dan ingin mendorong suara-suara kritis mahasiswa agar bersuara lantang di tengah kondisi yang makin sulit,” ujarnya, Minggu (13/4/2025).

Festival Tersebut Mengusung tema “Melawan sebagai Keseharian,” festival ini ingin menekankan bahwa perlawanan terhadap ketimpangan sosial tidak cukup dilakukan secara insidental, melainkan perlu menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari, khususnya bagi generasi muda.

Kegiatan ini merupakan festival terbuka pertama yang diselenggarakan Bandung Bergerak, setelah pada tahun 2023 sukses menggelar program serupa bertajuk “Mahasiswa Bersuara” dalam bentuk sayembara. Berbeda dengan tahun sebelumnya, penyelenggaraan kali ini dikembangkan menjadi rangkaian kegiatan berskala besar yang melibatkan lebih banyak partisipasi publik.

Dalam salah satu sesi diskusi bertajuk “Selagi Mahasiswa Berani Bersuara, Kampus Belum Akan Mampus”, Bivitri Susanti menyampaikan bahwa terdapat keterbatasan struktural yang menghambat tumbuhnya sikap kritis di kalangan mahasiswa. Ia menegaskan bahwa kondisi universitas saat ini tidak dapat dilepaskan dari konteks struktur ekonomi-politik yang melingkupinya.

“Harus disadari bahwa kehidupan sehari-hari kita, termasuk kegiatan kampus pun tak lepas dari politik. Jadi yang harus kita sadari, teman-teman, semua hidup kita ini politik sebenarnya. Kita di sini, politik. Kita ke kampus, politik,” ujar Bivitri yang merupakan dosen Sekolah Tinggi Ilmu Hukum (STHI) Jentera, pada Sabtu (12/4/2025).

Antusiasme peserta terlihat sepanjang pelaksanaan acara. Salah satunya, Rifki Fadillah, mengungkapkan bahwa ini merupakan pengalaman pertamanya mengikuti acara yang memadukan aksi sosial politik dengan bentuk festival. Ia menilai kegiatan ini memberikan kesan tersendiri dan relevan dengan kondisi saat ini.

Rifki juga menyampaikan harapannya agar Festival Bandung Menggugat tidak hanya digelar di satu lokasi, tetapi dapat dilaksanakan di berbagai daerah lain yang memiliki keresahan serupa terhadap situasi sosial politik. Menurutnya, ruang-ruang diskusi seperti ini sangat dibutuhkan untuk mendorong partisipasi dan kesadaran publik.

Reporter: Amelia Sri Agistiani/Magang

Redaktur: Guntur Saputra/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas