
SUAKAONLINE.COM – “Dan Convey menurut kami berhasil melakukan hal itu karena berbagai survey, berbagai riset didukung dengan metode penelitian yang solid, teruji, terukur sehingga hasilnya bisa kita pertanggungjawabkan,” ucap Technical Advisor United Nations Development Programme (UNDP) Muhammad Syamsul Tarigan saat memberikan pemaparan pada acara Convey Day Peacetival, di Gedung Indonesia Menggugat, Kamis (27/2/2020).
Hal itu disampaikan Syamsul bahwa Convey memiliki pencapaian terbangunnya pengetahuan yang sudah dihasilkan terkait dengan ekstrimisme dan radikalisme yang berbasis kepada bukti atau data atau evidence based information. Survey dan hasil riset tersebut diungkapkan oleh Syamsul merupakan hasil kolaborasi dari berbagai pihak, seperti: akademisi, peneliti, masyarakat, dan pemerintah yang mengambil kebijakan.
“Tidak kurang dari 10 kementerian lembaga itu terlibat di dalam kegiatan convey. Lalu juga tidak kurang dari 50 organisasi masyarakat sipil sama-sama kita berjuang untuk menghasilkan data yang valid, termutakhirkan dan juga relevan dengan konteks kita saat ini,” pungkasnya. Terkait data tersebut Syamsul merasa sangat penting karena berbicara isu yang sensitif maka perlu untuk memiliki basis data dan bukti yang kuat.
Ketua Pelaksana acara, Jawad Mughofar Kh. menjelaskan bahwa Convey Day Peacetival terselenggara atas inisiasi dan kerjasama antara Peace Generation, Convey Indonesia, UNDP dan Pusat Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) UIN Jakarta. Acara ini berisi pameran digital exhibition, pameran hasil penelitian dan banyak lagi. Acara ini mengangkat tema Perdamaian Dunia.
Acara ini diadakan setiap tahun sebagai ajang berbagi data kepada pengambil kebijakan, para praktisi dan pemuda/i. Melalui acara ini ada tiga hal penting yang ingin disampaikan: pertama, pentingnya kesadaran pengetahuan berbasis bukti (evidence based knowledge) kepada pengambil kebijakan dan publik. Kedua, upaya membangun generasi milenial yang kritis, terbuka dan empatik terhadap kebhinekaan dalam konteks kewargaan dan kebangsaan.
Ketiga, perlunya memperkuat kolaborasi antar pelbagai pemangku kepentingan untuk membangun Indonesia yang damai dan harmonis. Selain itu, Jawad mengatakan acara ini memiliki konsep untuk membuat stakeholder engagement, kemudian ada promote peace dan community engagement. Dengan antusias Jawad menceritakan fase dan rute selama masuk ke dalam acara. Karena diawal masuk, peserta akan bermain game untuk menentukan kepribadian diri sesuai dengan tokoh-tokoh perdamaian dunia.
“Ada beberapa ruang yang akan dibagi pasa tiga fase. Pertama itu terkait archetype, ini adalah proses pencarian jati diri. Jadi setiap pengunjung akan dites secara psikologi. Disana mereka akan menemukan jati diri mereka yang diasosiasikan dengan output tokoh-tokoh perdamaian, gitu. Nah setelah dia mendapatkan tokoh perdamaian tersebut dia akan diarahkan untuk ke permasalahan.” Ujarnya saat ditemui disela-sela acara.
Ruangan permasalahan menunjukkan permasalahan-permasalahan yang ada di Jawa Barat dan Indonesia mengenai pendidikan, peribadatan, perpustakaan, universitas dan pemerintahan. Selain itu ada pula peta penyebaran kebencian, intoleransi dan kekerasan. Dari tiap-tiap permasalahan itu ada hasil-hasil riset yang bisa dibaca dan diunduh secara gratis oleh pengunjung. Di ruang utama dengan menampilkan permasalahan tersebut, UNDP, PPIM, Peace Generation, Convey dan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dan beberapa lembaga pemerintahan lain bersama-sama menyampaikan solusi terhadap permasalahan tersebut.
Reporter: Awla Rajul
Redaktur: Hasna Fajriah