
Para mahasiswa baru berlalu-lalang pada kegiatan PBAK 2023 di kampus 1 UIN SGD Bandung. (Dok.Suaka).
SUAKAONLINE.COM – Kegiatan Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) 2023 yang usai Rabu (30/8), berbeda dari PBAK tahun lalu. Di mana kegiatan mentoring mahasiswa baru dari universitas dilakukan pasca PBAK. Terbagi dalam 304 kelompok yang masing-masing berjumlah 24 mahasiswa per kelompok. Mentoring yang bertujuan memperkenalkan kampus, menuai sejumlah polemik di beberapa kelompok.
Pasalnya Kamis malam (31/8), tersebar sebuah tangkap layar yang memperlihatkan adanya informasi dari salah satu mentor kelompok yang memberitahukan mentoring akan dilakukan menginap selama tiga hari. Salah satu mahasiswa baru angkatan 2023, Zuri (bukan nama sebenarnya) mengungkapkan keterkejutannya saat diberitahu oleh mentornya bahwa pelaksanaan mentoring akan dilaksanakan tiga hari secara menginap.
“(Untuk) hari kedua (mentoring) kaget, kenapa tiba-tiba harus banyak barang bawaan, terus disuruh kumpulnya tuh besok jam setengah sembilan (Jumat, 1/9) sudah ada di tempat untuk pergi. Dan dikasih tahu sekitar setengah sepuluh malam (Kamis, 31/8) mendadak,” katanya, Sabtu (2/9).
Zuri mengungkapkan bahwa banyak keanehan yang dirasakan oleh dirinya dari pesan di grup mentoring, mulai dari mentornya yang mengulur waktu, peralatan yang harus di bawa serta transportasi yang disediakan ke tempat tujuan, yaitu Balai Latihan Kerja (BLK) Kabupaten Bandung.
“Nah dari situ aku mulai kayak curiga, kok sampai kayak gini terus ada kata-kata panitia, panitia apa? Bukannya mentoring itu cuman satu kelompok satu mentor,” ungkap Zuri.
Karena merasa ada hal yang aneh dengan pesan tersebut, ia beserta teman kelompoknya mencoba menghubungi masing-masing kakak tingkat (kating) jurusannya untuk menanyakan kegiatan mentoring yang menginap. Namun, jawaban dari katingnya menyebutkan tidak ada mentoring yang menginap dan menghimbau dirinya untuk tidak mengikuti mentoring tersebut apabila menginap.
Berasal dari kelompok yang sama, mahasiswa baru angkatan 2023, Hauri (bukan nama sebenarnya) juga kaget mengenai mentoring yang akan dilakukan secara menginap. Sudah percaya dengan apa yang di katakan mentornya di hari pertama, Hauri menyampaikan bahwa pada awalnya ia tidak merasa curiga dengan pesan tersebut dan sudah mulai mengumpulkan keperluannya.
“Aku udah mempersiapkan beras, energen, sama mie. Karena malam dan kumpulnya jam delapan, aku ngehubungi temen kost aku buat minjem mie goreng, nyimpen mie goreng gak, besok aku ada mentoring nginep. Hah, kok nginep? Tanyai dulu aja kata temenku tuh. Terus tiba-tiba dibuat grup itu dan dari situ baru sadar lah,” ungkapnya, Sabtu (2/9).
Hal lain yang membuatnya janggal sekaligus takut adalah jawaban dari mentornya yang menyampaikan dirinya siap menjemput mereka kalau tidak bisa mengikuti kegiatan dari awal. Sama seperti Zuri, setelah adanya keanehan dari pesan-pesan tersebut, ia pun turut menghubungi kakak tingkatnya untuk menanyakan mentoring universitas yang menginap.
Niat awal hanya ingin mengonfirmasi ke kating-katingnya, namun, tak lama informasi tersebut dengan sangat cepat tersebar ke mahasiswa lainnya. Kemudian, pukul 22.38 WIB, mentor kelompoknya menarik kembali pesan-pesan mengenai kegiatan mentoring yang menginap dengan mengonfirmasi bahwa ada sebuah kesalah pahaman yang terjadi.
“Teman-teman mohon maaf ada kesalah pahaman, bahwa ini tidak diwajibkan, ini bagi yang mau saja ya teman-teman. Mohon maaf sekali lagi,” tulis mentor tersebut di kolom pesan grup Whatsapp kelompok, Kamis (31/8).
Di sisi lain, menurut mentor kelompok 152, Muhammad Fadil mengaku bahwa dirinya pernah mengajak kelompok mentoringnya serta melakukan voting untuk kegiatan di luar kampus. Hal tersebut dilakukan karena dalam Standar Operasi Prosedur (SOP) mentoring tidak ada ketentuan bahwa mentoring hanya dilakukan di dalam area kampus 1 dan 2.
“Kalau misalkan SOP untuk mentor itu ada peraturannya, yang pertama itu mentoring hanya boleh dilaksanakan di kampus 1 dan tidak mengganggu perkuliahan. Nah untuk hal itu, dari DEMA-U baru menginformasikan setelah kejadian yang menginap,” katanya, Rabu (6/9).
Sebagai seorang mentor, ia merasa hal yang dilakukan oleh salah satu mentor kelompok untuk mewajibkan mahasiswa baru melakukan mentoring dengan menginap tiga hari adalah hal yang tidak baik. “Kurang ya, karena sebuah organisasi pun punya sifat yang elegan untuk kaderisasi,” jelas Fadil.
Kaderisasi dalam Mentoring
Kejanggalan yang dirasakan Zuri muncul di hari pertama mentoring pada Kamis (31/8), saat mentornya menjelaskan organisasi di kampus. Awalnya, berbincang seputar perkuliahan, namun, waktu menjelaskan mengenai organisasi, ia merasa mentornya lebih banyak menyinggung organisasi ekstra dan terkesan terlalu menjelaskan salah satunya.
“Awal-awal tuh masih gitu aja biasa, terus pas ngejelasin organisasi agak gimana ya, kakaknya tuh menyinggung beberapa organisasi ekstra kampus, kakaknya tuh kayak berat sebelah ya nyebut-nyebutin itu,” ungkapnya.
Memiliki banyak kenalan di kampus tidak membuat Zuri tutup mata atas adanya kaderisasi organisasi tertentu. Hal itu sudah Zuri sadari di awal mentoring dengan membesarkan salah satu nama organisasi ekstra kampus. Tidak hanya itu, perkataan mentor Zuri secara terang-terangan membuat kaget di hari pertama mentoring.
“‘Kalian tuh kalau mau masuk organisasi intra bakal susah kalau gak ada tangan-tangan dari luar, jadi kalian tuh butuh tangan-tangan gitu,” kata Zuri menirukan mentornya.
Di lain sisi, Hauri yang tidak memiliki kenalan di kampus sangat percaya dengan yang di sampaikan mentornya tentang organisasi ekstra. Perkataan mentornya memancing ia mencari tahu secara lebih organisasi tersebut. Namun, akibat kejadian demikian membuatnya berpikir dua kali.
Menulusuri maksud dari ajakan menginap selama mentoring, Suaka menghubungi mentor Zuri dan Hauri, MN melalui Whatsapp. Ia buka suara bahwa dirinya sudah meminta maaf dan tidak ingin memperpanjang kejadian ini.
“Aku pribadi udah meluruskan dan mengabsahkan terkait hal itu, dan bahkan aku juga udah bertanggung jawab atas hal itu, di tinta hitam, di atas kertas putih, dan tanda tangan di atas materai. Dan aku udah langsung minta maaf baik ke DEMA-F, Ormawa dan semua pihak yang berkaitan, aku kira atas pertanggungjawaban aku, bisa memaafkan aku. Untuk sekarang, hal itu udah tidak dibahas dan tidak diperpanjang lagi,” tulisnya, Selasa (5/9).
Larangan Mengikuti Mentoring Universitas
Setelah informasi mentoring universitas menginap diperbincangkan oleh para mahasiswa UIN SGD Bandung, sudah ada tiga jurusan yang mengeluarkan press realese mengenai larangan bagi mahasiswa jurusan untuk tidak mengikuti mentoring universitas, yaitu Jurusan Manajemen, Administrasi Publik dan Sosiologi.
Menurut Ketua Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Sosiologi, Dinan Fathur Rahman menyebutkan adanya press realease tersebut mengklaim mentoring universitas ini tidak memiliki urgensi yang jelas karena dilakukan setelah kegiatan PBAK. Selain itu, hal ini dilakukan sebagai bentuk menjaga mahasiswa baru Sosiologi dari kelompok-kelompok tertentu yang memanfaatkan kegiatan kampus untuk kepentingan kelompok tertentu.
“Yang lebih jadi pertanyaan tuh urgensi daripada mentoring ini untuk apa, kenapa dilaksanakan pasca PBAK. Nah yang dikhawatirkan itu tadi, balik lagi mereka (yang) memanfaatkan momentum mentoring ini untuk kepentingan ya, salah satunya kepentingan kaderisasi,” tutur Dinan, Sabtu (2/9).
Ditambah dengan tidak adanya sosialisasi dari Dewan Eksekutif Mahasiswa Universitas (DEMA-U) kepada masing-masing HMJ membuatnya tidak mengetahui tujuan dari kegiatan mentoring ini. Lalu, karena banyaknya laporan dari mahasiswa baru jurusannya yang diajak mentoring universitas secara menginap.
“Yang kami sayangkan dari pihak HMJ itu tidak ada sosialisasi terkait mentoring. Tidak ada transparansi juga mengenai SOP mentornya seperti apa, silabus mentornya seperti apa,” keluhnya.
Tanggapan DEMA-U
Menanggapi polemik mentoring, Ketua DEMA-U UIN Bandung, Arya Pradana menyampaikan tujuan mentoring universitas untuk mengenalkan kampus yang tidak disampaikan selama PBAK. Selain itu, alasan dilakukan mentoring setelah PBAK agar mahasiswa terlebih dahulu mengetahui kampus secara umum dan dilengkapi mentoring yang menjelaskan kampus secara khusus.
“Kalau misalkan sebelum justru PBAK-nya buat apa. Maka dengan adanya PBAK ini setidaknya diisi pengetahuan yang lebih general dulu, baru nanti lebih dikhususkan kembali di mentoringnya,” ucap Arya, Rabu (6/9).
Ia juga menyampaikan dari pihak panitia sudah mengingatkan bahwa mentoring hanya dilaksanakan di dalam kampus. Dan sebelum informasi mentoring menginap tersebar ke seluruh mahasiswa kampus, pihak panitia PBAK sudah mencantumkan di SOP bahwa kegiatan mentoring hanya dilakukan di kampus.
Pihak panitia PBAK juga sudah memanggil mentor yang bersangkutan dan diberikan teguran berupa peringatan secara lisan. Arya menyebutkan bahwa dalam mentoring ini tidak ada niata-niatan yang dikhususkan untuk kepentingan lainnya kecuali untuk pengenalan lebih jauh mengenai perkuliahan dan culture yang ada di lingkup kampus.
Menyoal kaderisasi dalam mentoring, ia mengatakan itu hanya upaya mentor untuk mendekatkan diri dengan mahasiswa baru di kelompoknya. “Tidak ada niat terselubung, jadi memang dia memiliki niat untuk bisa berkumpul lah, berkumpul dengan mahasiswa baru lebih intim khususnya. Tapi memang ketika kita konfirmasi lagi, tidak ada lah niat untuk itu lebihnya hal-hal yang patut kita curigai justru patut diawasi,” katanya, Senin (4/9).
Lebih lanjut, Arya menanggapi mentoring yang menjelaskan mengenai organisasi ekstra adalah hal yang wajar, karena dari silabus mentoring ada pembahasan mengenai organisasi internal kampus dan eksternal kampus. “Kalau hari pertama dijelaskan mengenai masalah organisasi ekstra kampus, masalahnya di silabusnya ada juga perbedaan antara intra dan ekstra, biar mahasiswa baru juga tidak terlalu buta tentang hal itu,” tegasnya.
Namun, Arya juga menyampaikan jika seorang mentor hanya menjelaskan salah satu organisasi eksternal kampus, itu dikembalikan lagi pada kemampuan mentor itu mengetahui mengenai organisasi ekternal kampus.
Meskipun, pada kenyataannya berbeda dari perkataan Arya. Zuri dan Hauri berharap kejadian demikian tidak terulang lagi dan tidak memanfaatkan kegiatan yang difasilitasi kampus untuk kepentingan yang lain.
“Aku harap jangan ke ulang lagi, karena kita masih baru belum tahu apa-apa sama. Boleh, kalau semisal ingin memberi informasi cuma jangan memanfaatkan apa yang difasilitasi kampus malah di manfaatin kelompok tertentu,” ungkap Zuri.
Sejalan dengan harapan Zuri dan Hauri, Dinan juga berharap mentoring universitas ini tidak untuk dimanfaatkan pihak tertentu demi kepentingan kelompoknya. “Misal mereka memiliki kepentingan tersebut, alangkah baiknya tidak disangkutpautkan dengan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak kampus,” tutup Dinan.
Reporter: Nia Nur Fadillah dan Afina Naqiya/Suaka
Redaktur: Mohamad Akmal Albari/Suaka