Oleh: Risalatul Hasanah*
Bulan yang dirindukan telah tiba
Membawa kebahagiaan untuk kita yang menantikannya
Setiap umat Muslim beribadah saling berlomba-lomba
Mengharapkan ridho dan pahala dari Sang Maha Kuasa
…
Dibalik itu….
Banyak anak rantau yang hanya bisa termenung
Membayangkan betapa hangatnya sahur sambil bercengkerama dengan keluarga
Menantikan azan subuh sambil menahan kantuk yang menjajah mata
Memikirkan betapa nikmatnya berbuka, dengan kericuhan berebut gorengan dan kurma
Lalu bergegas ke masjid dengan sarung dan mukena
…
Tahun lalu, ku genggam dan cium tangan kedua orang tua
Dengan mengharap maaf dan ampunan atas banyaknya dosa
Namun, kini yang ku lakukan hanya menatapi layar yang menampilkan wajahnya
Lalu bersyukur masih bisa mendengar merdu suaranya
…
Ramadan…
Kedatangan bulan yang dirindukan
Membuahkan rindu yang semakin tak tertahankan
Aku rindu, sahur ku yang dibangunkan
Aku rindu, berbuka dengan hasil masakan rumah yang selalu terngiang-ngiang
…
Mungkin ini konsekuensi sebuah pilihan
Berteman dengan pikiran yang memiliki seribu satu pertanyaan
Tapi aku bangga sudah mampu bertahan
Walau dirangkul rindu yang selalu datang memantau keadaan
…
Jika kini ramadhan ku sendirian
Semoga kehangatan membersamai di hari kemenangan
Agar ku lihat senyuman yang selalu ku rindukan
Agar ku rasakan peluk yang selalu dinanti-nantikan
*Penulis merupakan mahasiswa jurusan Tasawuf dan Psikoterapi semester duan dan merupakan anggota magang LPM Suaka