Kampusiana

Resahkan Pedagang dan Mahasiswa, Kantin Baru Terus Alami Kebocoran

Salah satu pedagang minuman, Yeti menyerok air dari talang air yang bocor akibat hujan deras di Kantin Biru, belakang gedung kuliah Syariah dan Hukum, Kampus 1 UIN SGD Bandung, Senin (11/12/2023). Selain kebocoran talang air, hujan deras dengan angin juga membasahi lantai dan meja makan. (Foto: Mohamad Akmal Albari/Suaka).

SUAKAONLINE.COM – “Kasihan anak-anak yang pada makan tuh liatin kakinya pada basah, saya sendiri ngepel, sebentar-bentar dorong pel karet. Itu peralatan saya bawa dari rumah,” ungkap Mubadi (65), salah satu pedagang di kantin baru UIN SGD Bandung, Senin (11/12/2023). Sambil menunjuk lantai kantin yang banyak genangan air, Mubadi mengungkapkan kekesalannya karena kantin tersebut bocor meskipun baru direnovasi.

Kantin yang dulunya disebut kantin biru ini baru beroperasi kembali pada bulan Oktober 2023 setelah dilakukan renovasi. Mubadi merupakan pedagang lama di kantin biru, yang ikut berjualan kembali menjajakan soto di kantin baru tersebut. Sembari tangan kanan disimpan di dagu dan memandang ke atas, Mubadi bercerita saat ia berjualan kembali, kantin tersebut sudah bocor hanya karena gerimis.

“Karena waktu itu belum turun hujan, jadi gak terpikirkan bahwa nanti tuh bakal kayak gini, gitu. Begitu sudah turun hujan, gerimis aja kok udah bocor, jadi gak nyaman, kita kasihan sama anak-anak yang makan,” tuturnya.

Kebocoran setelah renovasi menjadi hal yang terus Mubadi dan pedagang lainnya alami selama dua bulan mereka berjualan. Membersihkan air yang menggenang di meja dan lantai terus mereka lakukan saat hujan tiba. Dari peristiwa itu, Mubadi teringat saat kantin itu masih menjadi kantin biru di mana pada 2016 ia mulai berjualan di lantai atas atau rooftop kantin biru.

Banyak mahasiswa yang hilir mudik datang ke kantin biru dan membuatnya senang karena omzetnya cukup baik. Namun, setelah direnovasi dan sering mengalami kebocoran, tidak jarang banyak calon pembeli yang mengurungkan niatnya untuk makan di kantin baru dan berdampak pada omzet yang menurun.

Adapun harga sewa, Mubadi mengatakan biaya sewa yang harus dikeluarkannya sebesar 12 juta rupiah per tahun. Harga tersebut belum jadi harga final sewa kantin. Lantaran masih dalam tahap uji coba, saat ini para pedagang belum mengeluarkan sepeser pun uang sewa karena belum adanya tanda tangan kontrak dan diperkirakan sewa kontrak dilakukan antara akhir Desember 2023 sampai Januari 2024.

Kebingungan turut Mubadi rasakan, setelah satu minggu ia berjualan, saat itu turun hujan dan kantin juga sedang bocor, ada survei yang dilakukan pihak kampus terhadap kantin baru. Namun, sampai sekarang belum ada perbaikan yang dilakukan untuk mengatasi kebocoran yang terjadi. “Nah itu dia, kenapa ini? Sudah berjalan sekian lama. Mungkin itu ya nungguin ini libur dulu atau sebetulnya kalau niat betulin bisa aja pas hari Minggu,” kesalnya.

Tidak kunjung adanya perbaikan padahal pihak kampus sudah mengetahui adanya kebocoran, menjadi tanya besar bagi Mubadi beserta penjual lainnya. Pihak kampus dinilai acuh terhadap fasilitas yang seharusnya diberikan secara maksimal kepada pedagang selaku orang yang menyewa kantin dan mahasiswa sebagai pembeli sekaligus pihak yang berhak mendapat fasilitas layak dari kampus.

Di tempat yang sama, gemercik hujan gerimis dengan awan mendung masih menyelimuti langit kampus UIN Bandung. Ada puluhan mahasiswa yang bertahan melakukan aktivitas di kantin baru, sebagian diantaranya menggunakan fasilitas kantin sebagai tempat untuk mengerjakan tugas kuliah. Salah satunya mahasiswa Jurusan Ilmu Hukum Semester satu, Dita Maharani yang merasa tidak nyaman harus mengemas barangnya saat hujan turun.

“Sebenarnya bikin kesal ya, salah satu alasannya ini kan fasilitas yang diberikan kampus, namun kenapa fasilitas ini tidak diberikan secara maksimal gitu kayak setengah-setengah dari desainnya dari cara tata peletakan atap sampai bisa bikin bocor,” ungkapnya.

Bukan kali pertama Dita harus berpindah-pindah tempat kala hujan tiba. Ia merasa kesal saat sedang menikmati hidangan makanan atau mengerjakan tugas tapi harus beres-beres dan mencari kembali meja yang tidak terkena air hujan. Sebab itu, Dita berharap pihak kampus memaksimalkan fasilitas kantin dengan melakukan perbaikan secepatnya.

“Ini kan balik lagi fasilitas yang diberikan oleh kampus, seharusnya jangan setengah-setengah harus maksimal. Sebab yang dirugikan pun bukan cuma satu pihak tapi pihak orang yang berjualan di sini juga dirugikan dari adanya kebocoran ini,” tutupnya.

Reporter: Nia Nur Fadillah/Suaka

Redaktur: Mohamad Akmal Albari/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas