Puisi

Romantisme Itu Dilucuti

Ilustrasi: Desty Rahmawati/Suaka

Oleh: Insan Mutaqin Nasid*

Dengan ini, aku menyatakan

Bahwa kemerdekaan adalah kebohongan

Demonstrasi adalah kekosongan

Reformasi adalah kenangan

Kawan, katakan kepadaku tentang reformasi

Ketika negeri ini berubah dengan bangga atas kaki sendiri

Namun, kemana konsistensi reformasi dalam ingatan

Apakah kini jadi buku usang yang kembali ditinggalkan?

Kampus kini tak lagi memupuk idealisme untuk perubahan

Isinya cuma sekelompok orang yang sukanya bersuara untuk cari muka

Padahal, sudah lama keadilan kita cita-citakan

Berkata untuk kepentingan bersama, taunya bertindak korup seperti penguasa negara

Miniatur negara yang kehilangan mimpinya

Bahkan, aku melihat, kampus dijadikan ajang pamer harta; pamer gaya

Buku-buku sudah jarang menjadi teman para insan akademika

Akademik hanya logika untuk legalisisr kuasa

Ah, kawanku, bangsa besar ini hanyalah sebuah cerita

Dari buku-buku dongeng yang sering dibacakan orang tua

Aku kira kita masih mencita-citakan romantisme perjuangan masa lalu itu

Ternyata, kitalah yang telah melucuti petuah itu

Kini, mulai ditinggalkan seperti bangkai atau buku tua berisikan catatan hutang

Kita sudah lupa arah pandang

Belaian kapitalis terlalu lembut memeluk para aktivis muda

Pikiran-pikiran tanpa rohani yang bersih hanyalah sesuatu yang hampa

Terima kasih kawan, kau tetap hidup

Walau bayangan kita telah mati

*Penulis merupakan mahasiswa jurusan Sejarah Pendidikan Islam semester empat, serta anggota magang LPM Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas