Lintas Kampus

Satu Dekade ACFFEST, Pendidikan Anti Korupsi Melalui Karya Visual

Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi, Alexander Marwata memberikan sambutan dalam pembukaan program Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) 2024 di gedung Pusat Pembelajaran Arnst-Geise (PPAG) Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Jalan Ciumbuleuit, Bandung, Selasa (30/4/2024). (Foto: Mohammad Akmal Albari/Suaka)

SUAKAONLINE.COM – Komisi Pemberantasan Korupsi Republik Indonesia (KPK RI) menggelar launching program “Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) 2024” di gedung Auditorium PPAG Universitas Katolik Parahyangan (Unpar), Jalan Ciumbuleuit No. 94, Bandung, Selasa (30/4/2024). Kegiatan ini merupakan cara KPK memberikan pendidikan kepada masyarakat terhadap nilai-nilai anti korupsi melalui film.

ACFFEST membuka kompetisi dengan 4 kategori, diantaranya adalah ide cerita film pendek fiksi; ide konten vertical movie; Event Screening SinemAKSI; dan karya film pendek (fiksi dan animasi). Untuk para finalis akan diberikan dana produksi mencapai 50 juta rupiah, nominal ini lebih besar dari tahun sebelumnya, yakni 30 juta rupiah.

Sudah 10 tahun ACFFEST diselenggarakan sejak 2013, pendidikan melalui karya seni film ini merupakan kegiatan instansi pemerintah tertua yang dilakukan KPK. Wakil Ketua KPK RI, Alexander Marwata menyampaikan bahwa program ini merupakan wujud kampanye KPK melibatkan masyarakat untuk menghidupkan nilai-nilai anti korupsi. Menurutnya, dengan adanya budaya menggunakan karya visual lebih mudah dipahami dan dicontoh oleh siapapun.

Selain menjelaskan tentang esensi edukasi dengan visual, Ia juga berpendapat mengenai hal utama yang dibutuhkan untuk mencegah korupsi, “Kami berharap kerjasama dengan pemda-pemda, mereka ada layanan publik, menonton film-film, masyarakat terhibur dan teredukasi, Kita mengajak anak-anak muda dari KPK, dulu ada lomba cipta anti korupsi. Langkah paling awal, untuk mencegah korupsi adalah memimpin yang baik ” jelasnya, Selasa (30/4/2024).

Setali dengan Alexander, Sutradara film dan penulis skenario ”Rumah Masa Depan”, serta juri ACFFEST 2023, Daniel Rifki menyebut alasan kenapa film pendek memiliki banyak kelebihan, sebab durasi yang singkat, membuat penonton mudah menangkap suatu ide atau gagasan film tersebut.

“Saya 2015, berkeliling, kita lihat filmmaker di berbagai daerah dan memiliki khas ide kedaerahan. Ketika filmmaker resah, itu menjadi karya orisinil. Yang ditangkap secara jujur dan diceritakan kembali. Film itu penonton pertama adalah filmmaker itu sendiri. Ketika nilai-nilai tidak sesuai dengan filmmaker, jangan dibuat. Kekuatan film itu menyentuh hati dan logika,” ucapnya.

Dalam kegiatan ini, KPK menayangkan dua film yang memenangkan ACFFEST 2023, yaitu ”Hitler Mati di Surabaya” kategori film pendek dan ”Pelat Merah” kategori fiksi pendek. Deputi Bidang Pendidikan dan Peran Serta Masyarakat KPK, Wawan Wardiana menyampaikan dalam satu dekade ini sudah ada sekitar 4.700 pengiriman karya selama program ACFFEST berjalan. Dalam kurun waktu tersebut, kegiatan ini tidak pernah terhenti meskipun dua tahun ke belakang dunia mengalami Pandemi Covid-19.

Finalis ACFFEST 2023 dengan film “Pelat Merah” yang bercerita tentang penyalahgunaan fasilitas oleh pejabat, Haryy Ronaldi Mahaputrawan menceritakan  peran edukasi film di kalangan pegawai Aparatur Sipil Negara (ASN). Harry mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat mewajibkan menonton Film “Pelat Merah” sebelum menjadi pejabat fungsional. 

Reporter: Mohamad Akmal Albari/Suaka

Redaktur: Zidny Ilma/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas