SUAKAONLINE.COM, JAKARTA — “Kemanusiaan itu hanya satu dan tidak ada warnanya,” tutur Budi M. Rahman selaku Program Officer The Asia Foundation di sela-sela pembukaan Konferensi Nasional Lembaga Studi Agama dan Filsafat (LSAF) di Paramadina Graduate School, The Energy Tower, Jakarta ( 3/3).
Semangat toleransi adalah salah satu hal yang digelorakan dalam Konferensi Nasioanl Kebebasan Beragama ini. Ke-40 peserta dari berbagai latar belakang agama dan kampus berbeda dibekali berbagai materi dan pemahaman seputar kebebasan beragama di Indonesia yang kontradiktif antara kontitusi penjamin dengan implementasi realitasnya.
Maraknya kasus pelanggaran dalam kebebasan beragama dan pelecehan terhadap agama menurut Budi, membuat mahasiswa perlu untuk kritis dan membuka mata terhadap realita ini. Di dalam konferensi ini selain diberikan ruang untuk berdiskusi dan mendengar paparan para tokoh lintas agama, para peserta konferensi pun diberikan suara dan harapannya mengenai masa depan kebebasan beragama khususnya di Indonesia.
Gloria, salah satu mahasiswi Sekolah Tinggi Teologi (STT) Jakarta mengemukakan harapannya agar kita senantiasa menggaungkan toleransi tanpa mengaburkan identitas agama sendiri. Sementara itu Delegasi dari Uiniversitas Muhammadiyah Jakarta, Fitriani, berharap melalui konferensi ini dapat timbul rasa saling menghormati dan menghargai antar pemeluk agama.
Peserta lainnya juga tak kalah semangat mengutarakan harapan mereka, peserta berlomba-lomba mengacungkan tangannya untuk mengutarakan betapa mereka mempunyai harapan nyata atas kebebasan beragaman di Indonesia.
Dari sekian banyak harapan, mewujudkan hak minoritas di Indonesia juga salah satu harapan peserta konferensi yang tak luput diutarakan. “Yah dengan adanya konferensi ini semoga bisa memberi pencarahan tentang pertanyaan yang belum terjawab. Kita bisa mengetahui berbagai sudut pandang yang berbeda. Tapi ada yang kurang, seharusnya dihadirkan juga orang yang atheis di forum ini,” papar Kuma sapaan akrab mahasiswa semester 6 ini.
Menurut Budi M selaku Program Officer The Asia Foundation, konflik terjadi bukan karena perbedaan yang ada. Namun karena Intoleransi yang terjadi di tengah masyarakat. Karena perbedaan sebetulnya bukan ancaman, melainkan tantangan untuk menggali hal dan pengalaman baru. Karena itulah mengapa mahasiswa lintas agama dikumpulkan dalam forum ini, selain untuk menggali pemahaman dan kesadaran toleransi beragama, juga untuk bersama mengidentifikasi realitas kehidupan kebebasan beragama di Indonesia.
Konferensi ini mendapat tanggapan positif dari para peserta yang memang antusias dalam mengikuti setiap sesi diskusi dan dialog. “Sebenarnya bisa berkumpul dengan berbagai teman dari lintas agama ini bukan hal baru. Di luar sana pun bisa, tapi lewat forum ini membuat perbedaan yang terjadi di antara kita begitu indah, ini adalah sebuah perayaan perbedaan yang indah,” komentar Iyus, mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan Bandung.
Reporter : Dinda Ahlul Latifah/Suaka
Redaktur : Adi Permana