Advertorial

Strategi Marketing, Dea: Cek Dulu Segmentasinya Kemana

Direktur Marketing Komunikasi DT Peduli, Hendra Irawan memaparkan materi terkait strategi marketing dalam seminar bertajuk “Successful Marketing in Digital Era” yang berlangsung di Aula Perpustakaan Lt. 4, Jumat, (20/12/2019). (Abdul Azis Said/Suaka)

SUAKAONLINE.COM – Menyinggung strategi pemasaran untuk bisnis berbasis teknologi digital, Promotion Officer Emina, Dea Maniar Inman menyebut langkah awal yang penting dipersiapkan oleh wirausahawan baru ialah pemetaan target konsumen.  Dea menyebut visi dan misi usaha harus jelas, karena menentukan langkah bisnis kedepannya. Syarat ini disebutnya langkah pertama, pebisnis akan kelimpungan jika landasan visi dan misinya masih belum pasti.

“Yang pertama itu visi dan misi dari produk yang akan dijual, pastikan harus kuat dulu dari hal visi misi tersebut. Harus dicek terlebih dahulu barangnya itu mau segmentasinya kemana, gaya hidup konsumen yang dituju itu seperti apa dan benar-benar harus diklasifikasi  biar nanti maju jadi nggak pusing,” ungkapnya saat ditemui di acara Public Relation Time di Aula Perpustakaan lantai empat, Jumat, (20/12/2019).

Usai mematangkan konsep dasar segmentasi pasar, penting untuk mengidentifikasi model promosi apa yang cocok untuk barang yang di jual, termasuk melalui online ataupun offline. Untuk promosi melalui dunia maya, Dea mengatakan tidak semua media sosial memiliki demografi pengguna yang sama. Karena itu menurutnya memetakan target konsumer sejak awal juga erat kaitannya untuk memilih jenis media sosial yang sesuai dengan perencanaan awal.

Menurut riset We Are Social, jumlah pengguna internet di Indonesia periode Januari 2019 mencapai 150 juta pengguna. Layanan media sosial Facebook masih menjadi yang paling popular dengan indeks penetrasi  81 persen, disusul Instagram dengan penetrasi 80 persen dan Twitter 57 persen. Untuk layanan iklan media sosial, pengguna internet Indonesia merupakan pasar potensial iklan di Facebook dan Instagram.

Selain lewat online, Dea juga mengatakan promosi produk juga bisa dilakukan secara temu langsung atau offline. Selain mengandalkan lapak fisik, menurutnya cara yang paling mungkin dilakukan ialah aktif terlibat dengan kegiatan-kegiatan tertentu yang temanya bisa sesuai dengan bentuk produk yang didagangkan.

“Jangan lupa juga kita jangan hanya mengandalkan Instagram saja, kita juga bisa bikin kegiatan atau event-event rilnya, walaupun kita promosinya di Instagram tapi offlinenya kita juga kenceng,” tambahnya

Ditemui di lokasi yang sama, Direktur Marketing Komunikasi DT Peduli, Henda Irawan membagikan tips konsep marketingnya untuk memaksimalkan promosi lewat situs dunia maya. Ia mengatakan banyak konsumen yang mulai jenuh dengan model promosi yang terkesan memaksa dan merayu. Sementara itu, gaya menawarkan dengan memberikan konten yang mampu menyentuh emosional konsumen dikatakannya bisa lebih efektif.

Covert selling itu teknik menjual tanpa ada penawaan, jadi kita jualan tapi nggak menawarkan dagangan kita. Caranya seperti kita sentuh emosionalnya dengan tulisan-tulisan yang nggak boleh ada kalimat ajakan, nggak boleh ada kata-kata perintah, nggak boleh ada kata-kata bujukan. Karena semakin orang itu ditawari produk maka umumnya mereka justru akan menolak,” ungkapnya.

Promosi tanpa terkesan merayu atau covert selling menurut Hendra berkaitan dengan maksimalisasi sejumlah peran vital otak manusia. Ia menyebut otak manusia memiliki bagian yang disebut sebagai area kritis. Pada strategi marketing, konten dengan kalimat-kalimat promosi yang emosional dan kreatif dikatakan bisa menembus area kritis, sehingga akan memberi dorongan bagi calon konsumen untuk membeli.

Reporter : Abdul Azis Said

Redaktur : Lia Kamilah

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas