Kampusiana

Studi Pameran XXX: Cinta, Teknologi, dan Post-Modern

Seorang pengunjung mendengarkan salah satu karya melalui headphone dalam Studi Pameran XXX di Gedung PPG Lantai 3 Fakultas Tarbiyah, Kampus II UIN SGD Bandung, Selasa (13/6/2023).

SUAKAONLINE.COM – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Seni Rupa dan Desain UIN SGD Bandung menggelar Studi Pameran XXX di Gedung Pendidikan Profesi Guru (PPG) Lt. 3 Fakultas Tarbiyah, Kampus II UIN Bandung, Selasa (13/6/2023). Pameran ini bertajuk ‘Sibuk Penat Yang Sendiri-Sendiri’ yang bertemakan cinta di zaman post-modern.

Pimpinan Produksi Studi Pameran XXX, M. Hira Habibilah atau akrab dipanggil Saga, menceritakan bahwa latar belakang dari pameran ini melihat dari zaman post-modern atau abad ke-21, di mana ada sebuah budaya hyperrealism yang menganggap hal-hal yang dilihat melalui gambar atau simbol dianggap suatu hal yang nyata dan melupakan realitas.

Simple-nya (mudahnya -red), ia terpaku pada media sosial dan menganggap media sosial itu nyata, tapi dia lupa akan hidupnya yang lebih nyata (itu) di mana. Dengan diangkatnya judul ‘Sibuk Penat yang Sendiri-Sendiri’, mewakili cinta yang berlaku di zaman ini, seolah-olah orang hidup di tengah keramaian padahal mereka dalam pikirannya itu sendirian,” ujarnya saat diwawancarai Suaka, Selasa (13/6/2023).

Di sisi lain, salah seorang perupa, Hilmi GAHAL, memaparkan makna karyanya, yang berjudul ‘Isyarat Rindu dari Alam’. Karya tersebut berbentuk buah headphone yang diputarkan suara berdurasi 5 menit, yaitu suara alam dan juga suara gemuruh dengan tanda kedatangan manusia.

“Dulu kan gemuruh itu ditandakan sebagai malapetaka dan mungkin di awal suara alam tadi terasa seperti relaksasi. Jadi, aku mencoba menyampaikan pesan dari alam yang dahulu itu indah dan tenang, tapi sejak kedatangan kita sebagai manusia sekarang. Alam atau hewan-hewan menjerit bahkan bersembunyi,” jelasnya.

Hilmi juga memaparkan makna karyanya yang lain, yang berjudul ‘Dunia yang Lebih Fana’. Dalam lukisan itu terdapat sebuah kuburan dengan batu nisan yang terbuat dari running text, menggambarkan manusia yang sudah sangat kecanduan teknologi hingga akhir hidupnya. Menurutnya, mereka tidak sadar jika dirinya telah mati karena dunia maya.

“Keasyikan kita dengan dunia maya itu telah membunuh kita dan kita telah berpindah ke dunia lain. Dengan kalimat di atasnya Innalillahi wa Inna Ilaihi Raji’un yang di mana sebaik-baiknya tempat kita kembali adalah kepada Tuhan. Latar abu-abu itu mengisyaratkan kalau dunia realitas mereka tuh abu-abu, gak jelas gitu,” pungkasnya.

Lebih lanjut, pameran ini diselenggarakan di Gedung PPG Lantai 3 dari tanggal 13-16 Juni, kemudian dilanjut di dua tempat berbeda di kampus I, yaitu aula Gedung Fakultas Dakwah dan Komunikasi lt. 4 dan aula B Gedung Student Centre (SC) lt. 1. Dan, memamerkan 20 karya seni dari 10 perupa. Medium yang digunakan ada berbagai macam, mulai dari tanah liat (clay), kanvas, bahkan campuran (mixed).

Reporter: Afina Naqiyya Salsabila/Magang

Redaktur: Mohamad Akmal Albari/Suaka

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas