Epaper

Tabloid Suaka News Edisi VII 2004

Tabloid Suaka News Edisi VII 2004

Editorial

Janji

suaka-news-edisi-7-ii-2004Dalam ajaran agama Islam, janji adalah sesuatu yang wajib dilunasi oleh setiap individu manusia, siapapun dia, apalagi seorang pemimpin. Pasalnya bila orang yang tak bisa menepati janji tentu ia termasuk pada golongan orang-orang munafik. Bukankah begitu?

Secara psikis, berjanji setidaknya memberi harapan pada orang yang diberinya janjinya, namun jika tak dipenuhi sungguh perbuatan yang dzolim. Sebab ia telah melukai harapannya yang semestinya dijaga. Persoalan ini dalam kehidupan berdemokrasi adalah kata-kata yang lumayan menjanjikan. Dengan demikian banyak yang menagih janji kepada si pemberi janji. Lalu merekapun segera berkelit.

Tentunya dengan terwujudnya apa yang dicita-citakan setidaknya ada sesuatu yang dijanjikan apalagi untuk bertarung merebut kursi wakil rakyat, presiden, ketua DPR, ketua MPR hingga kursi kepala Desa. Pasalnya posisi itu juga memang menjanjikan, karena menjanjikan, untuk mendapatkannya setiap orang saling sikut.

Dikampus, jelas yang diperebutkan adalah kursi rektor, dekan, ketua jurusan hingga kursi ketua himpunan mahasiswa. Hal itu bukanlah perkara mudah untuk mendapatkannya. Merayu sana-sini sembari mengumbar janji adalah cara yang lumayan efektif disamping cara lain. Lalu mampukah untuk menepatinya? Jawabnya jelas bergantung pada dirinya. Yang jelas janji adalah wajib untuk ditepati. Dalam hukum ekonomi janji tiada lain adalah utang, yang mau tidak mau harus dibayar.

Namun tidak semua orang punya itikad untuk menepatinya. Sebab pepatah mengatakan “kacang lupa akan kulitnya”, kalau ini yang terjadi maka yang ada adalah kebohongan. Berbuat bohong di negeri ini adalah tradisi yang sudah mendarah daging. Apalagi dalam dunia politik. Di duni ini segala bisa dibenarkan dan benar bisa jadi salah. Sebab yang ada hanyalah kepentingan. Tak ada lawan tak ada kawan sekali lagi yang ada adalah kepentingan.

Lalu bagaimana dengan kampus kita yang baru terjadi pergantian kepemimpinan dari berbagai tingkatan. Sanggupkah mereka menepati janjinya, tunggu saja. Di sadari atau tidak hal ini berangkat dari kepentingan yang bersifat individu maupun kolektif. Namun yang jadi persoalan adalah ketika berbuat tak lagi mengedepankan prinsip-prinsip keadilan. Jika tidak, jelas yang muncul tentunya mengutamankan kepentingan kelompok  atau pribadinya.

Apa yang tengah terjadi sebelumnya? Lantas bagaimana jadinya bila kampus sudah menjadi milik  satu kelompok tertentu? Bagaimana pula dengan nasib dunia akademin yang seharusnya menjadi perhatian pokoknya? Saling menerima dan mengisi tentunya merupakan sikap yang patut lahir dalam setiap diri seseorang ataupun kelompok. Mengumbar janji berarti menebar utang. Sekali lagi utang dalam ajaran Islam adalah wajib hukumnya untuk dibayar. Karenanya tepatilah janji.

Dalam edisi kali ini, kami mencoba menyuguhkan laporan mengenai hal itu, salah satunya adalah jabatan dekan yang kini diduduki wajah-wajah barunya. Selain itu kamipun menyuguhkan fenomena cerita penyambutan tahun baru yang sudah usai. [Redaksi]

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas