Epaper

Tabloid Suaka News Edisi XXIII 2005

Tabloid Suaka News Edisi XXIII 2005

Editorial

The End

suaka-news-edisi-23-2005“Katakan sesuatu yang benar, walau itu pahit”. Sepintas ungkapan itu memang sederhana. Juga singkat. Nmaun, dibalik ungkapan itu tersimpan sebuah kerja keras, pergolakan, tantangan dan ancaman. Bahkan, bukan tidak mungkin kalau dalam implementasinya membutuhkan sebuah pengorbanan. Apalagi jika kejujuran sudah menjadi barang yang langka. Tentunya ungkapan itu bukan main-main. Bukan pula sebatas wacana.

Dalam puisinya, Rendra mengungkapkan kalau kejujuran adalah matahari. Yaa, matahari yang selalu membuat gerah, matahari yang selalu memancarkan panasnya, matahari yang menyilaukan kedua mata dan matahari yang sangat sulit untuk kita gapai. Jangankan mendekatinya, terkena pancaran sinarnya saja enggan. Toh lebih enak menyumput dibawah rindangnya pepohonan daripada terkena pancaran sinar matahari. Matahari itu panas!

Atau kejujuran adalah setumpuk kotoran manusia yang menjijikan, bau, najis dan selalu dihindari? Tak ada yang mau menyentuh kotoran itu, selain bocah kecil yang lugu dan belum tahu apa-apa. Bila ada yang bermain-main dengan kotoran itu dianggap jorok, dihinakan dan dijauhi. Bahkan bukan tidak mungkin dianggap gila. Sepertinya itu kejujuran? Atau, masih banyak makna lain yang mengenai kejujuran?

Baiklah, buktikan, kalua hanya omong, burung beo pun bisa, “begitu kira-kira kata Virgiawan Listanto, dalam sebuah lagunya. Yaa, kalau hanya omong, burung beo juga memang bisa. Kalau hanya bicara bohong, siapapun bisa. Kalau untuk berdusta semua orang bisa melakukannya, tanpa harus sekolah dan kuliah. Tanpa harus menjadi mahasiswa, tanpa harus menjadi dosen, tanpa harus menjadi Dekan, tanpa harus menjadi rektor, tanpa harus menjadi pesiden.

Buktikan…! yaa, kini kita harus membuktikan. Kejujuran nampaknya bukan untuk diwacanakan, tapi harus diimplementasikan. Oleh karena itu, hentikan segala korupsi di kampus ini, bila melakukan korupsi. Berhentilah menjual-belikan nilai. Berhentilah memperlakukan mahasiswi dengan tidak bermoral. Berhentilah menjual-belikan skripsi. Berhentilah, berhentilah…! bukankah ini kampus Islam? Lalu, kenapa orang-orangnya jauh dari nilai-nilai islami?

Tak bisa di pungkiri, bemacam-macam kebohongan kerap mangkal di kampus ini. Bermacam penyelewengan, ketidakadilan dan penindasan bersaranga di kampus yang katanya islami ini. Lantaran kejujuran pahit, tak banyak yang mengatakan sebuah kejujuran. Lantaran kejujuran itu matahari dan kotoran manusia, tak banyak orang didekatnya. Jauh, semuanya jauh.

Lalu, apa pantas kita diam menyaksikan segala macam kebohongan yang mengakibatkan menjamurnya koruptor, merebaknya penjahat kelamin dan semakin seringnya penyelewengan-penyelewengan? Toh, hal itu bukan untuk didiamkan!

Pada edisi ini kami tidak melaporkan tema tentang kejujuran. Hal itu hanya sekedar salam perpisahan kepada mahasiswa angkatan 2004, yang menjadi pelanggan SUAKA. Sebab, hanya sampai edisi ini kami bisa menemani anda, setelah setahun lamanya.

Sebuah perjalanan nampaknya dijejali dengan halangan dan rintangan. Tapi Alhamdilillah, dengan sebuah cita-cita dan harapan kami berusaha menghadapi segala rintangan itu. toh kenyataan bukan untuk dihindari, melainkan untuk dihadapi.

Meski begitu, kekurangan, kekhilafan dan ‘dosa’ bukan tidak kami perbuat dalam setahun ke belakang. Permasalahan kampus pun tidak semua kami bidik. Sebab, kami hanya memiliki dua telinga dan dua mata. Yang pasti, terkadang kenyataan itu jauh dari yang diperkirakan.

Terakhir, kami mengucapkan terimkasih yang sebanyak-banyaknya dan mohon maaf yang sedalam-dalamnya, bila dalam pelayanan kami selama ini belum memuaskan. Yang jelas, semuanya akan menjadi pelajaran berharga. Sebab, kami tak mungkin berhenti sampai disini. [Redaksi]

 

Komentar Anda

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas