SUAKAONLINE.COM – Beberapa komunitas yang tergabung dalam Kolektif Melek Bersama mengadakan long march, dimulai dari titik kumpul di Taman Cikapayang dan berakhir di depan Gedung DPRD Provinsi Jawa Barat, Sabtu (27/04/2019). Gerakan yang dinamai Women’s March Bandung 2019 ini sebagai gelaran peringatan Hari Perempuan Sedunia yang jatuh pada 8 April lalu.
Biasanya, gerakan Women’s March diadakan berbarengan dengan Hari Perempuan Sedunia pada awal April, namun untuk tahun ini mengalami pemunduran dikarenakan jadwal yang bentrok dengan momentum menjelang Pemilu. Pemindahan waktu tersebut, menurut Project Officer Women’s March Bandung 2019, Nurul Fasivica, dilakukan agar gerakan yang mereka lakukan tidak dicurigai sebagai bagian dari manuver politik menjelang pemilu.
“Gerakan ini sebenernya buat memperingati Hari Perempuan Sedunia, tapi karena kondisinya pas tanggal segitu kita lagi panas-panasnya politik, jadi daripada nanti kita dituduh menjadi tumpangan politik, akhirnya kita dari Women’s March Indonesia di 24 kota memutuskan untuk memutuskan memindahkannya jadi hari ini,” ungkapnya, Sabtu (27/04/2019).
Nurul menambahkan, tujuan diadakannya gerakan ini adalah untuk membangun kesadaran masyarakat terkait maraknya kasus-kasus yang menimpa perempuan dan kelompok minoritas. Selain itu, juga untuk menyadarkan masyarakat tentang pentingnya secara bersama mencari solusi terhadap persoalan-persoalan yang kerap menimpa perempuan dan kelompok minoritas.
“Tujuannya itu kita menginginkanya adanya advokasi kepada masyarakat, biar mereka sadar bahwa kekerasan, pelecehan dan diskriminasi itu benar ada dan bukan hanya masalah sekelompok orang saja, tapi itu masalah kita semua yang harus kita lawan bareng-bareng,” imbuh Nurul.
Kendati demikian, antusiasme dan dukungan terhadap gerakan tersebut sangat baik, ini terlihat dengan banyaknya komunitas yang turut serta berpartisipasi. Salah satunya Yunita Fitriani, perwakilan dari Samahita Bandung, menurutnya, momentum penyelenggaraan Women’s March menjadi ajang bagi perempuan dan kelompok minoritas menyuarakan keresahan mereka.
“Diadakannya Women’s March ini sangat krusial karena ini adalah satu-satunya momentum kita untuk menyuarakan keresahan-keresahan perempuan, kaum-kaum termarjinalkan, juga teman-teman minoritas yang mereka di ruang hidupnya selalu terpinggrikan,” ujar Yunita.
Wanita yang akrab disapa Nitasya tersebut juga mendesak, agar pemerintah segera mengesahkan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS). Hal ini karena, menurutnya, RUU PKS dapat menjadi payung hukum untuk menaungi secara komprehensif berbagai kasus pelecehan dan kekerasan, tanpa adanya diskriminasi terhadap ras, suku, agama dan gender.
Baik Nurul maupun Nitasya berharap, agar setelah gerakan tersebut ada perubahan persepsi di masyarakat terkait tabunya kasus-kasus pelecehan terhadap perempuan, eksploitasi anak, termasuk kekerasan dan diskriminasi terhadap kelompok minoritas. Mereka juga berharap, agar RUU PKS segera disahkan.
Reporter: Abdul Azis Said
Redaktur: Dhea Amellia