SUAKAONLINE.COM – “Mengenyam pendidikan merupakan hak setiap warga negara. Tak terkecuali bagi anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka juga memiliki kesempatan besar untuk bisa berprestasi” ungkap Nunung Siti Nurfaridah selaku inisiator Anak Dengan Disabilitas (ADD). ADD Corner merupakan salah satu proyek perubahan di kecamatan Cibiru. Ia menyoroti anak-anak yang berkebutuhan khusus dalam beraktivitas dan berkreasi. Acara yang sama pula pernah digelar di Posyandu dengan empat kelurahan di Kecamatan Cibiru diantaranya Kelurahan Cipadung, Kelurahan Cisurupan, Kelurahan Pasirbiru, dan terakhir sebagai penutup dilangsungkan di Posyandu kelurahan Palasari.
Jumlah anak disabilitas Kecamatan Cibiru mencapai 198 orang. Dengan 70% masyarakat kurang mampu sehingga mereka tidak mendapatkan akses pendidikan, kesehatan serta akses sosial “Jadi ini sebenarnya karena masih percontohan sasaran kita tujukan kepada anak-anak yang belum sekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB). Karena ketika mereka sekolah gratis pun mereka tidak punya ongkos” ujar Kasi Kesejahteraan Sosial kecamatan Cibiru, Nunung Siti Nurfaridah, Senin (15/10/2018).
Nunung menjelaskan lebih lanjut terkait peranan Posyandu multifungsi dengan menjadikan Posyandu generasi ketiga. Generasi pertama lima meja, generasi kedua tujuh meja, dan generasi ketiga delapan meja.“Meja ke delapan adalah meja untuk penanganan anak disabilitas tetapi itu baru deteksi dini kedisabilitasan. Belum menyentuh ke anak disabilitasnya kemudian anak yang sehat diperiksa di meja delapan, takut-takut dia terindikasi polio dan penyakit-penyakit lain penyebab kedisabilitasan,” urai Nunung.
ADD Corner selain bekerjasama dengan Posyandu dan Puskesmas berkerjasama juga dengan laboratorium Syifa Al-Qulub UIN SGD Bandung, relawan mahasiswa Tasawuf Psikoterapi UIN SGD Bandung untuk berinteraksi dengan anak-anak penyandang disabilitas. Kemudian sesi acara inti dipisah antara anak-anak dengan kelasnya dan orang tua dipimpin oleh ketua lab Al-Qulub.
Ketua laboratorium Syifa Al-Qulub UIN SGD Bandung, Yulianti Ikut memberikan penguatan secara spiritual keagamaan. “Melalui kekuatan spritual kepada keluarga dan bimbingan konseling psikoterapi, keagamaan dan yang terakhir menyemangati para orang tua untuk bisa saling ikhlas dan bersyukur atas karunia yang sudah Allah berikan,” ujar Yulianti saat menyampaikan pencerahan saat jam makan siang berlangsung.
Seusai acara dilanjut dengan senam anak disabilitas. Dibantu oleh volunteer mahasiswa Tasawuf Psikoterapi UIN SGD Bandung. Gerakan senam dipandu oleh Suryati yang mendapatkan pelatihan senam anak disabilitas tingkat nasional di Solo. Senam tersebut berguna untuk merangsang dan menstimulus anggota gerak anak-anak disabilitas.
Mahasiswa Tasawuf Psikoterapi UIN SGD Bandung, Luna mengungkapkan bahwa anak-anak disabilitas perlu perhatian yang lebih, “Tanpa kita sadari kadang suka luput dari perhatian dan kasih sayang dari orang-orang terdekatnya,” ujarnya.
“Dukungan support dan pemberian pendidikan sangat penting bagi anak-anak penyandang kebutuhan khusus, karena pada dasarnya setiap anak mempunyai potensinya masing-masing yang tanpa kita sadari potensi itu hadir jika dilatih dan diberi semangat.” pungkas Mahasiswi Tasawuf Psikoterapi semester lima.
Reporter : Fani Nabilah Farsi
Redaktur : Muhamad Emiriza