SUAKAONLINE.COM, Infografis – Gulung tikarnya majalah Rolling Stone Indonesia pada akhir 2017 lalu menjadi kabar buruk bagi dunia jurnalisme musik di Indonesia. Bagaimana tidak, di awal kehadirannya , majalah ini menjadi angin segar bagi industri musik Indonesia karena tercatat menjadi yang pertama di Asia setelah melebarkan sayap dari induknya di Amerika pada 2005.
Namun, itu bukanlah akhir dari jurnalisme musik. Masih banyak media-media yang memberikan ruang khusus terhadap musik seperti Hai, Provoke, dll yang bermigrasi ke platfrom online. Berikut juga MTV , walaupun sekarang hanya untuk kalangan terbatas. Pun dengan hadirnya kanal-kanal musik youtube, seperti Sound From the Corner ataupun Extreme Moshpit TV .
Kehadiran media musik Indonesia tentunya sudah lahir sebelum merdeka, di masa kolonial Hinda Belanda media selain untuk kebutuhan hiburan, musik juga hadir menjadi alat propaganda, yaitu melalui saluran radio yang bernama NIROM (Nederlandsch Indische Radio Omroep Maatschapij). Lalu ikut muncul pula majalah De Nirom Bode yang terbit setiap dua minggu sekali pada 1934, yang kemudian yang bertransformasi dalam bahasa melayu menjadi Soeara NIROM pada 1935.
Di awal kemerdekaan Indonesia, perlu fase yang panjang untuk membuat industri musik bergeliat pasalnya banyak huru-hara yang menerpa dan rezim Soekarno yang cenderung anti budaya barat. Hanya saja, musik pada saat itu sebagai agenda kebudayaan bukan sebagai industri. Hingga akhirnya lahir majalah Diskorina pada 1961 di Yogyakarta yang menjadi sebuah antitesa dari kebijakan Soekarno itu, sebab tulisan media remaja itu macam majalah politik.
Hingga akhirnya pada 1967 sebagai dampak dari rezim orde baru mulai berkuasa menyebabkan adanya pelonggaran terhadap budaya barat, dan di masa ini lahirlah majalah Aktuil. Tulisan-tulisan di majalah ini cenderung mengarah kepada aliran rock, sehingga lahirlah klasifikasi kelas musik yang didengar oleh penggemarnya seperti musik rock yang dianggap gedongan dll. Majalah Aktuil pun akhirnya gulung tikar setelah dulunya pernah disebut-sebut sebagai media musik berdampak pada industri musik Indonesia.
Sumber : Jurnalisme Musik dan Selingkar Wilayahnya, Idhar Resmadi
Peneliti : Aang Hidayat