SUAKAONLINE.COM , Infografis – Berdasarkan hasil riset yang Suaka lakukan, mahasiswa UIN Bandung cenderung lebih banyak tahu tentang Senat Mahasiswa Universitas (Sema-U) dalam defenisinya sebagai lembaga jiplakan DPR ketimbang tahu Sema-U berdasarkan keterwakilan mahasiswa dan kinerjanya. Dari 83 persen responden yang mengaku tahu Sema-U, hanya 17 persen dari mereka yang juga tahu struktur kepengurusannya. Belum termasuk dengan data yang juga menunjukkan, hanya 34 persen yang tahu tentang Sema-U juga tahu siapa ketua Sema-U dan 23 persen yang tahu delegasi fakultasnya di Sema-U.
Catatan penting lainnya, hampir setengah dari responden yang tahu Sema-U justru tidak paham dengan tugas pokok dan fungsi (Tupoksi) Sema-U. Termasuk, hampir seperempatnya juga tidak bisa membedakan antara Sema-U dan Dema-U.
Mayoritas dari responden yang mengaku tahu tupoksi Sema-U, menuliskan tiga pekerjaan utama yang dilakukan Sema-U adalah sebagai berikut; membuat peraturan, membentuk dan mengawasi Dema-U, serta berperan sebagai aspirator bagi mahasiswa. Tapi, apakah ketiga pekerjaan tadi sudah berhasil terealisasi?
Masalahnya kinerja Sema-U dalam setahun terakhir dipenuhi rapor merah. Makanya tidak mengherankan kalau kepengurusan periode ini kian banter diterpa kritik sekalipun masa baktinya yang tepat setahun sudah berakhir sejak awal Mei kemarin. Funsgi legislasinya tidak terlaksana, karena tidak ada Undang-Undang (UU) baru yang diterbitkan periode ini, sementara produk hukum yang masih ada sekarang hanyalah peninggalan pengurus Sema-U sebelumnya
Selain itu, mereka juga tidak berhasil melaksanakan Musyawarah Mahasiswa (Musma) untuk memilih Ketua Dema-U yang baru. Berbulan-bulan lamanya terbengkalai, proyek ini tak kunjung beres bahkan sampai kepengurusan mereka sendiri sudah habis. Dengan begitu, saat ini Ormawa setingkat universitas yang masih aktif benar-benar kosong.
Kegagalan Sema-U membentuk Dema-U jadi sorotan penting. Karena dalam wawancaranya kepada Suaka, Wakil Rektor 3 bidang Kemahasiswaa, Ahmad Fathoni mengatakan, kesuksesan Pemilu berdampak signifikan terhadap penilaian keberhasilan kerja Sema-U, “Kalau Sema (Sema-U) hari ini sukses menggelar Dema (Dema-U), maka sukseslah kepengurusan Sema untuk periode 2019. Jadi kalau tidak suskses, bukan kegagalan tapi ada satu hal yang belum bisa dikerjakan oleh Sema,” ujarnya, Senin, (17/2/2020)
Meski begitu, kemelut yang menerpa kepengurusan Sema-U periode 2019-2020 pada kenyataannya sudah dimulai sejak awal mereka dibentuk. Penyeleksian daftar pengurus Sema-U dianggap minim komunikasi dan koordinasi dengan jajaran Sema-F. Walhasil sebelum mereka resmi dilantik pada 10 Mei 2019, lima Sema-F lebih dulu menarik diri dari dukungannya kepada kepengurusan yang akan di lantik. Kelima Sema-F yang menolak pengukuhan tersebut yaitu Sema-F Tarbiyah dan Keguruan, Sema-F Sains dan Teknologi, Sema-F Syariah dan Hukum, Sema-F Psikologi serta Sema-F Dakwah dan Komunikasi.
Peneliti: Abdul Azis Said/Suaka
Desain: Hamzah Ansharulloh/Suaka