Pendidikan dan Budaya

Minat Baca di Jawa Barat Masih 58, 2 Persen

Ilustrasi membaca buku. Dok. Suaka

Ilustrasi membaca buku. Dok. Suaka

SUAKAONLINE.COM, Bandung — Perkembangan zaman yang semakin modern ternyata berpengaruh besar bagi keberadaan sebuah perpustakaan. Kegemaran membaca sebuah buku di perpustakaan sepertinya semakin berkurang di lingkungan  masyarakat. Ini dikarenakan banyaknya teknologi canggih yang lebih mudah dan praktis sebagai pemberi informasi, menggantikan buku.

Hasil Penelitian dari Tim Pemetaan Budaya Baca yang dibentuk oleh Bapusipda Jawa Barat 2013 lalu menyebutkan, minat baca di Jawa Barat masih dalam angka 58,2 persen. Hal ini disampaikan oleh Agus Rusmana yang juga dosen pengajar di Fikom Unpad. Penelitian itu dilakukan sebagai ukuran jumlah pengunjung perpustakaan di daerah Jawa Barat, dengan hitungan  per hari yang dibagi dengan jumlah penduduk di tempat itu. Hal inilah yang membuat minat baca di Jawa Barat dinilai kecil.

“Itu sebabnya nilainya kecil kalo dari perhitungan seperti itu,” kata Agus saat ditemui di gedung Bapusipda Jawa barat, Selasa(22/7/2014).

Namun perhitungan seperti ini tidaklah akurat, karena masih ada perhittungan lain yang menilai minat baca di Jawa Barat cukup  tinggi. Seperti penelitian yang dilakukan oleh Ikatan penerbit Indonesia (IKAPI) Jabar yang menilai minat baca di Jawa Barat sudah cukup tinggi. Perhitungan tersebut didasarkan pada seberapa banyak jumlah buku terjual di toko buku yang tersebar di Jawa Barat.

“Mungkin kalo melihat dari berapa buku terjual di Gramedia Jabar temasuk tinggi, minat bacanya. Karena mereka mengikuti berapa banyak buku terjual di Jabar itu di hitung, kemudian juga dihitung berapa banyak remaja yg mengakses internet dihitung sebagai minat baca”, katanya menjelaskan.

Penelitian yang hanya didasarkan dari jumlah pengunjung perpustakaan menjadi kesulitan tersendiri. Itu dikarenakan banyaknya perpustakaan yang belum menyadari  betapa pentingnya pendataan daftar pengunjung perpustakaan.

“Kesulitannya banyak perpustakaan yang gak rajin mencatat yang berkunjung,” kata Agus.

“Kalo bisa ini menjadi peraturan kepada semua perpustakaan yang ada di kota dan juga kabupaten, siapapun yang berkunjung harus dicatat,” harapnya.

Sementara itu Kepala Badan Pustaka dan Kearsipan Daerah Jawa Barat mengatakan, jumlah pengunjung di perpustakaan daerahnya sudah cukup banyak, meski gedung Bapusipda tidak berada di tengah-tengah kota. Dirinya mengatakan keberadaan perpustakaan di lingkungan menengah kebawah ini telah membantuu masyarkat, terutama anak-anak untuk mengembangkan pengetahuannya. Enny juga menilai, meski disain gedungnya seperti taraf internasional, namun buku yang disimpannya belum banyak.

“Kalo kita mengklaim perpus ini dengan standar internasional bukunya harus jutaan bukan ratusan ribu, paling tidak 1 juta sekarang baru 370 ribu,” kata Enny.

Tak hanya itu, ia juga berharap kualitas, kuantitas, sarana dan prasarana, juga sistemnya  bisa  menjadi perhatian pemerintah daerah. Ia melanjutkan masyarakat juga memiliki peran penting dalam pengembangan perpustakaan dan minat baca masyarakat.

“Strateginya kami akan bersama-sama, perpustakaan ini bukan hanya tugas pemerintah tapi juga masyarakat”, kata Enny.

Reporter : Hilda Kholida

Redaktur : Adi Permana

1 Comment

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas