Kampusiana

Kuliah Umum Perbandingan Agama Hadirkan Biksu Budha

Pasudasilo (kanan), seorang  Biksu Budha, dari Vivasana Graha, Lembang, Bandung saat memberikan kuliah umum.

Pasudasilo (kanan), seorang Biksu Budha, dari Vivasana Graha, Lembang, Bandung saat memberikan kuliah umum. (Foto: Muhammad Zidni/kontributor)

 

SUAKAONLINE.COM — Ratusan mahasiswa Perbandingan Agama, Fakultas Ushuluddin, UIN SGD Bandung mengikuti Kuliah Umum Agama Budha di Aula Fakultas Ushudulin, Rabu (15/10/2014). Dengan tema “Ajaran dan Perkembagan Budha di Indonesia”acara tersebut menghadirkan Pasudasilo, seorang Biksu Budha, dari Vivasana Graha, Lembang, Bandung.

Sebagai narasumber, Pasudasilo banyak mengungkapkan soal kehidupan. Menurutnya dalam kehidupan ini lebih banyak yang tidak kita dapatkan daripada yang kita dapatkan.

“Jadi setiap yang tidak kita dapatkan, disitu muncul ketidaknyamanan, ketidaksesuaian sehingga mengakibatkan ketidakbahagiaan,” tutur Pasudasilo.

Sumber kebahagiaan,menurut Pasudasilo adalah ketidakmampuan seseorang untuk menembus kenyamanan dalam kehidupan. Ia mencontohkan suatu saat manusia akan menjadi tua, atau terpisah dengan orangtua, dan pasti suatu saat ajal akan datang.

“Kesedihan terhadap sesuatu yang sudah pasti, ibarat menangisi terbenamnya matahari di waktu sore. Tetapi kenapa kita tidak sedih ketika matahari terbenam tidak ada yang sedih? Padahal itu hal yang pasti,” ujarnya di hadapan peserta sambil berpakaian khas Biksu.

Ia juga menerangkan sumber duka atau penderitaan, pertama seseorang belum bisa menembus hukum kepastian, misalnya kepastian akan terpisah dengan orang yang dicintai atau kepastian akan datangnya ajal.

Kedua, keterikatan seseorang terhadap segala sesuatu. Semakin seseorang melekat dan terikat terhadap sesuatu, maka disana bibit atau sumber ketidakbahagiaan semakin besar. “Itulah yang terjadi pada kehidupan kita,” ungkapnya dengan nada halus.

Biksu ini meyakini bahwa apapun yang terjadi memang sudah digariskan oleh Yang Mahakuasa. Tetapi ketika seseorang tidak sanggup menerima segala jalan yang terjadi pada dirinya, maka ia tidak bahagia. Maka ia mengajak kepada mahasiswa yang hadir pada kuliah umum tersebut untuk pasrah terhadap Mahakuasa.

“Lahir dan hidup tidak mempunyai apa-apa, lalu pasrah terhadap yang Mahakuasa, sehingga dapat mengurangi ketidakbahagiaan yang disebabkan kehilangan atau berpisah dengan sesuatu yang dicintai,” imbuhnya.

Ia menilai, dalam masyarakat umum sekarang memandang bahwa kebahagiaan itu ketika tercukupi oleh materi. Menurut agama Budha, lanjutnya, kebahagiaan bukan karena materi, sebab jika materi berubah maka kebahagiaan juga berubah, bahkan jabatan pula ketika hilang, maka kebahagiaan akan hilang pula.

Sementara itu, Asep Yadi mahasiswa Perbandingan Agama semester lima mengungkapkan kuliah umum tersebut sangat menggugah hati untuk menjaga perdamaian antar setiap agama, karena ketika Biksu Pasudasilo memaparkan tentang ajaran dan nilai-nilai yang terkandung dalam agama Budha.

“Kedepannya ada hubungan kerjasama diskusi lintas agama agar terciptanya suatu keharmonisan antara agama di Indonesia,” harap Asep, sebagai pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan Perbandingan Agama itu.

Reporter : Muhammad Zidni Nafi’/Kontributor)

Redaktur : Adi Permana

10 Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Ke Atas