
Dua orang anggota Mahapeka dan masyarakat sedang melakukan penanaman pohon di Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung dalam aksi penanaman pohon yang dilakukan oleh UKM Mahapeka UIN SGD Bandung, Sabtu (26/12/2015). (Suaka/Adi Permana).
SUAKANLINE.COM – Kawasan hutan Gunung Manglayang terutama di daerah Bandung Utara kini mulai dilanda krisis pohon. Sebagai bentuk kepedulian pada krisis itu, Mahasiswa Pencinta Kelestarian Alam (Mahapeka) UIN SGD Bandung melakukan gerakan menanam sebanyak 500 pohon.
“Gerakan menanam pohon itu sekaligus menjadi bukti nyata dari Mahapeka pada pelestarian alam. Selain itu juga sebagai langkah penyadaran tentang pentingnya menanam pohon,” kata Ketua Umum Mahapeka, Fazar Ramdhan kepada Suaka, Sabtu (26/12/2015).
Selain Mahapeka aksi itu melibatkan sejumlah pihak, diantaranya bekerjasama dengan Gapoktan Desa Ciporeat, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung sebagai lokasi penanaman pohon, Himpunan Kerukunan Tani Indonesia cabang Kabupaten Bandung dan sejumlah warga di daerah tempat diadakannya gerakan menanam pohon.
Menurut Beta, sapaan Fazar Ramdhan, dipilihnya Desa Ciporeat karena daerah itu sudah mulai krisis pohon. Terbukti dari data yang ada sekitar 12 hektar lahan kekurangan pohon. “Tapi kita tidak tanam seluruh area karena keterbatab benih, jadi yang luas lahan yang kita tanam ada 2 hektar saja,” ucap Beta.
Menanam pohon sangat penting perannya, terutama untuk suplai oksigen. Karena satu pohon memberikan oksigen sekitat 1,5 kg untuk lingkungan. Beta mengatakan, rencana untuk kedepannya setelah gerakan menanam ini, akan ada gerakan menanam yang berkelanjutan terutama di daerah sekitar UIN SGD Bandung.
“Mungkin dari 500, menjadi 1.000 pohon,” katanya. Adapun Beta mengatakan, untuk jenis pohon yang ditaman pada kegiatan tersebut yakni pohon Gamelia dan Kayu Putih.
Sementara itu, perwakilan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Enjang, mengapresiasi adanya gerakan menanam pohon oleh Mahapeka. Dengan begitu, generasi mencintai alam akan terus ada. “Bangga sekali dengan adanya kegiatan ini,” ucapnya.
Namun Enjang berpesan agar kegiatan seperti ini jangan hanya seremonial semata. Harus ada kelanjutan dan evaluasi. “Misalnya setelah penanaman berapa persen yang hidup, pemeliharaannya pun harus dilakukan,” katanya.
Reporter: Adi Permana
Redaktur: Robby Darmawan